BAB I
PENDAHULUAN
Tanah
merupakan sumber daya alam yang mengandung banyak benda organik dan anorganik
yang mampu mendukung pertumbuhan tanaman, sebagai faktor produksi pertanian,
tanah mengandung hara dan air, yang perlu ditambah untuk pengganti yang habis
pakai. Erosi tanah dapat terjadi karena curah hujan yang tinggi yang
mempengaruhi fisik,kimia dan biologi tanah. Erosi perlu dikendalikan dengan
memperbaiki yang hancur, menutup permukaannya sehingga tidak merusak.
Tanah merupakan tempat penampungan
berbagai bahan kimia. Banyak dari gas SO2 yang dihasilkan dari
perubahan bahan bakar batu bara atau bensin berahir dengan sulfat yang masuk
kedalam tanah atau tertampung di atas tanah. Nitrogen Oksida yang dirubah
diatmosfer menjadi nitrat akhirnya akan terdeposit ke dalam tanah. Tanah
menyerap NO dan NO2 dengan cepat dan gas-gas tersebut mengalami
oksdasi menjadi nitrat dalam tanah. Karbon monoksida dirubah menjadi CO2
oleh bakteri dan ganggang dalam tanah. Partikel timbal (Pb), yang bersala dari
buang kendaraan bermotor ditemukan pada lapisan tanah sepanjang jalan raya yang
padat lalu lintas. Timbal dilapisan atas tanah ditemukan juga di daerah yang
dekat dengan penambangan dan peleburan timbal.
Tanah juga sebagai tempat
penampungan banyak limbah-limbah dari rembesan penumpukan sampah, kolom lumpur
dan sumber-sumber lainnya. Dalam beberapa kasus, lahan pertanian dari
bahan-bahan organik berbahaya yang dapat mengurai juga merupakan tempat
pembuangan yang menyebabkan pencemaran tanah terjadi. Hal ini terjadi karena
bahan organik tadi di dalam tanah diuraikan oleh mikrob-mikroba tanah. Selain
itu pembuangan kotoran dan pemupukan yang berlebih dapat menambah pencemaran
tanah.
Pencemaran tanah juga dapat terjadi
karena pembuangan limbah yang tidak dapat dicernakan seperti plastik,
pencemaran dapat juga melalui air. Air yang mengandung bahan pencemar (polutan)
akan mengubah susunan kimia tanah sehingga mengandung jasad hidup dalam atau
dipermukaan tanah.
Pencemar tanah mempunyai hubungan erat dengan
pencemaran udara dan pencemaran air, maka sumber pencemar udara dan sumber
pencemar air pada umumnya juga merupakan sumber pencemar tanah. Sebagai contoh
gas-gas oksida karbon, oksida nitrogen, oksida belerang yang menjadi bahan
pencemar udara yang larut dalam air hujan dan turun ke tanah dapat menyebabkan
terjadinya hujan asam sehingga menimbulkan terjadinya pencemaran pada tanah.
Air permukaan tanah yang mengandung bahan pencemar misalnya tercemari zat
radioaktif, logam berat dalam limbah industri, sampah rumah tangga, limbah
rumah sakit, sisa-sisa pupuk dan pestisida dari daerah pertanian, limbah
deterjen, akhirnya juga dapat menyebabkan terjadinya pencemaran pada tanah
daerah tempat air permukaan ataupun tanah daerah yang dilalui air permukaan
tanah yang tercemar tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sumber
Pencemaran Tanah
Sumber bahan pencemar tanah dapat dikelompokkan juga menjadi sumber
pencemar yang berasal dari:
1.
Sampah rumah tangga, sampah pasar
dan sampah rumah sakit serta aktivitas pertanian.
2.
Gunung berapi yang
meletus/kendaraan bermotor.
3.
Limbah industri.
4.
Limbah reaktor atom/PLTN.
5.
Degradasi kimia, reaksi fotokimia
dan biodegradasi.
6.
Erosi dan lumpur.
Adapun komponen-komponen bahan pencemar yang
diperoleh dari sumber-sumber bahan pencemar tersebut di atas antara lain
berupa:
a) Senyawa organik yang dapat membusuk karena diuraikan
oleh mikroorganisme, seperti sisa-sisa makanan, daun, tumbuh-tumbuhan dan hewan
yang mati.
b) Senyawa organik dan senyawa anorganik yang tidak dapat
dimusnahkan/ diuraikan oleh mikroorganisme seperti plastik, serat, keramik,
kaleng-kaleng dan bekas bahan bangunan, menyebabkan tanah menjadi kurang subur.
Pencemar Udara berupa gas yang larut dalam air hujan seperti oksida nitrogen
(NO dan NO2), oksida belerang (SO2 dan SO3), oksida karbon (CO dan CO2),
menghasilkan hujan asam yang akan menyebabkan tanah bersifat asam dan merusak
kesuburan tanah/ tanaman.
d) Pencemar berupa logam-logam berat yang dihasilkan dari
limbah?industri seperti Hg, Zn, Pb, Cd dapat mencemari tanah.
e) Zat radioaktif yang dihasilkan dari PLTN, reaktor atom
atau dari percobaan lain yang menggunakan atau menghasikan zat radioaktif.
B. Teknik-teknik Pegambilan Sampel Tanah
Secara umum, ada dua jenis teknik pengambilan sampel yaitu, sampel acak
atau random sampling / probability sampling, dan sampel tidak acak atau nonrandom samping/nonprobability
sampling. Yang dimaksud dengan random sampling adalah cara pengambilan sampel yang
memberikan kesempatan yang sama untuk diambil kepada setiap elemen populasi.
Artinya jika elemen populasinya ada 100 dan yang akan dijadikan sampel adalah
25, maka setiap elemen tersebut mempunyai kemungkinan 25/100 untuk bisa dipilih
menjadi sampel. Sedangkan yang dimaksud dengan nonrandom sampling atau
nonprobability sampling,
setiap elemen populasi tidak mempunyai kemungkinan yang sama untuk dijadikan
sampel. Lima elemen populasi dipilih sebagai sampel karena letaknya dekat
dengan rumah peneliti, sedangkan yang lainnya, karena jauh, tidak dipilih;
artinya kemungkinannya 0 (nol).
Tapi untuk pengambilan sampel tanah dapat dilakukan dengan cara diagonal, zig-zag, sistematik atau acak.
C. Analisis
Tanah
1.
Analisis kadar unsur K dan P
a. Cara pengambilan contoh tanah komposit
1)
Tentukan titik
pengambilan contoh tanah individu dengan salah satu dari empat cara, yaitu
secara diagonal, zig-zag, sistematik, atau acak. Contoh tanah sebaiknya diambil
dalam keadaan lembab, tidak terlalu basah atau kering atau setelah panen dan
pada saat pengolahan tanah
2)
Contoh tanah
individu diambil dengan bor tanah, cangkul, atau sekop pada kedalaman 0-20 cm. Contoh
tanah diaduk merata dalam ember plastik.
3)
Pada contoh
tanah komposit yang relatif kering, gunakan sendok stainless (spatula) untuk
mengambil sekitar 0,5 gr atau sekitar setengah sendok contoh yang kemudian dimasukkan
ke dalam tabung reaksi. Apabila contoh tanah komposit lembab, gunakan syringe
dengan cara sebagai berikut :
1.
Tusukkan syringe
ke permukaan contoh tanah sedalam 5 cm kemudian diangkat,
2.
Bersihkan dan
ratakan permukaan syringe, kemudian tanah didorongkeluar dari syringe, dan
3.
Potong contoh
tanah setebal sekitar 0,5 cm dengan sendok stainless, lalu masukkan ke dalam
tabung reaksi.
b. Pengukuran kadar hara secara garis besar urutan
pengukuran kadar hara kalium dan P adalah sebagai berikut :
1)
Contoh tanah
sebanyak 0,5 gr atau 0,5 ml dengan syringe dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
2)
Tambahkan
pengekstrak kemudian diaduk dengan pengaduk kaca hingga tanah dan larutan
menyatu. Kemudian tambahkan pengekstrak selanjutnya sesuai dengan urutannya.
3)
Diamkan larutan
sekitar + 10 menit hingga timbul warna. Warna yang muncul pada larutan jernih
dibaca atau dipadankan dengan bagan warna yang disediakan.
4)
Status hara P
dan K tanah terbagi menjadi tiga kelas, yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Untuk
hara P diindikasikan oleh warna biru muda hingga biru tua, sedangkan untuk hara
K diindikasikan oleh warna coklat tua, coklat muda, dan kuning.
5) Penentuan pH tanah dan rekomendasi teknologi
didasarkan kepada kelas pH yang disetarakan dengan bagan warna.
Kontaminasi logam
berat hasil tanah dari antropogenik seperti pertambangan, proses peleburan dan
pertanian serta kegiatan alam lainnya. Industri kimia dan metalurgi merupakan
pencemaran yang paling penting dalam lingkungan.
2.
Analisis
Nitrogen dengan cara kjeldhal
Pada dasarnya analisis
nitrogen pada dasarnya ada tiga tahapan yaitu prose destruksi, proses destilasi
dan dan tahap titrasi. Sebelum dilakukan analisis terlebih dahulu dibuat
beberapa larutan yaitu:
1)
Campuran selenium
Ditimbang 950 g Na2SO4
kering, 15 g CuSO4.5 H2O dan 20 gram selenium. Digilig
dalam lumpangan porselin hingga tercampur sempurna.
2)
Larutan indikator
campuran
Ditimbang 0,2 gram metal red kemudian
dilarutkan dalam alkohol 95% dalam labu ukur 100 ml dan 0,1 gram bromcresol
green dilarutkan dengan alkohol 95% dalam labu ukur 100 ml. Dicampurkan 100 ml
larutan bromcresol green 0,1% dan methyl red 0,2%.
Tahap percobaan:
a.
Tahap
destruksi
-
0,5 g
contoh tanah halus kering udara ke dalam tabung reaksi 20 ml disertai blanko.
Dilakukan juga penetapan kadar air untuk koreksi berat contoh kering 105oC.
-
Contoh dan
blanko ditambahkan 0,5 gram campuran selenium, 2,5 ml H2SO4
pekat p.a.
-
Dipanaskan
di atas penangas listrik khusus untuk ukuran tabung reaksi, mula-mula pada suhu
rendah, perlahan-lahan suhu dinaikkan sampai 360oC, setelah suspensi
berwarna putih, tabung diangkat dan dididnginkan.
b.
Tahap
destilasi
-
Suspensi
contoh dimasukkan ke dalam tabung destilasi secara kuantitatif sambil dibilas
dengan air destilasi secukupnya dan diletakkan pada alat destilasi. Alat
tersebut secara otomatis akan menambahkan 10 ml larutan NaOH 50% kedalam tabung
destilasi.
-
Destilat
ditampung dalam erlenmenyer 250 ml yang berisi 5 ml larutan boraks serta
larutan indicator campuran.
-
Destilasi
dilakukan kurang lebih 3 menit.
c.
Tahap
titrasi
-
Destilat
hasil titrasi didestilasi dengan HCL 0,01 N hingga warna larutan menjadi merah
muda.
-
Dilakukan
juga penetapan blanko.
Adapun langkah-langkah analisisnya
yaitu:
1.
Tanah seluas 40 x 50 cm digali.
2.
Mengambil sampel tanah dari ke
dalam 5 cm, 15 cm dan 25 cm.
3.
Sampel tanah dimasukkan ke dalam
kontainer pilitilen. Dimana sebelumnya ditambahkan dengan larutan asam klorida
dan dibilas denga air suling.
4.
Sampel kemudian dihomogenkan,
kemudian diayak lau dikeringkan.
5.
Memisahkan kemudian memberika
label untuk persiapan analisis .
6.
Sampel tersebut disiapkan untuk
dianalisis dengan AAN (Analisa Aktivasi Neutron) dan Spektrometri ICP (
Penggabungan induksi dengan plasma spektrometri).
a.
Untuk penentuan AAN
70 mg sampel dimasukkan dalam pneumatik reaktor TRIGA waktu adalah dari
1,5 sampai 2 jam. Data berikut dikumpulkan: (1) aliran termal neutrons (E <
0.5 eV) = 4.7·10 neutron (E <0.5 eV) = 4,7 ° 10 12 12 n/cm n / cm 2 2 /s;
Pengukuran kegiatan telah dilakukan dengan spektrometer γ rantai resolusi
tinggi dengan Detektor memiliki efisiensi relatif sebesar 20%.pengukuran
berkisar dalam 3000s dan 12000s. Pengukuran dimulai setelah pendinginan Na
24 isotop yang mengurangi separuh waktu
15 jam. konsentrasi itu ditentukan dengan cara KO metode dengan Zr monitor,
sebuah metode yang bervariasi batas deteksi 3 dan 5 ppm antara. Data yang
diperoleh diolah dengan perangkat lunak GENIE 2000 3 3 dan hasilnya
dibandingkan dengan nilai-nilai pada sampel
standar (SRM) [30]
b.
Untuk penentuan ICP
ICP (induktif Digabungkan Spektrometri Plasma) penentuan. Pada sampel
250 mg ditambahkan 3 ml HNO 3 3 65% dan 3 ml HF 40% untuk penentuan
ini.Campuran yang diperoleh diperkenalkan dalam oven microwave dan hancur.
Setelah pencernaan, itu diperkenalkan di gelembung kaca dan dilengkapi dengan
air suling hingga 50 ml. Solusinya ditempatkan
dalam sebuah plasma jet dengan menggunakan pompa peristaltik, dengan 8
gulungan dan 3 saluran. Kecepatan maksimum 200 rotasi / menit dikendalikan oleh
komputer itu diterapkan digunakan, meliputi a spectra interval of 178 - 800 nm.
interval spektrum 178-800 nm. Resolusi sistem berkisar dari <0,01 nm untuk <200 nm ke <
0.03 to 600 nm. ,03-600 nm. The CID 38196 mm CID 38.196 mm 2 2 individu
dikelompokkan 512 × 512 matriks, didinginkan dengan langkah panas
changer-duamemungkinkan pada integrasi dengan. digunakan. Sumber plasma
membangunkan dengan frekuensi 27,12 MHz, yang dikendalikan oleh kristal dapat
menyediakan tenaga listrik 750-1750 W, dalam 6 langkah, yang dikendalikan oleh
komputer Data yang diperoleh diproses dalam tahap pertama dengan SPEC termos /
CID lunak Perpustakaan dari 20.000 baris, semua- dapat diakses di setidaknya
satu order / derajat difraksi, memberikan kemungkinan untuk mendapatkan citra
keseluruhan spektrum dan identifikasi lengkap dari puncak. The detection limits
ranged from 1ppm to Batas-batas deteksi berkisar dari 1ppm sampai 1 ppb,
sebagai berikut: Cu, Co, Hg <1 ppb, Hg <10 ppb.
Adapun
cara analisis lain untuk mengetahui logam berat dalam tanah yaitu dengan cara:
tanah dan tanaman sampel dikumpulkan Akar dan organ atas tanah dari dandelion (Traxacum
WEB officinale) adalah sampel dua Pada tiap lokasi, 20 subsamples sampai
10 cm kedalaman dikumpulkan dari 4 m 2 lahan dengan sampler inti dan
gabungan.
Sampel
udara-tanah kering, dilumatkan untuk melewati sebuah saringan 1 mm dan disimpan
dalam kantong plastik sampai yang dianalisis. Dasar parameter tanah diukur
dengan metode umum: distribusi ukuran partikel oleh Proszynski aerometer-metode
Casagrande [11], pH tanah ditentukan dengan menggunakan tanah 01:05 / air rasio
0.01M CaCl 2 [13]; karbon organik ditentukan dengan metode Tiurin [11].
Larut bentuk Zn, Cu, Pb, Cu dan Ni diekstraksi oleh 2 M HNO 3 [1].
Tanaman sampel (tidak dicuci) sebelumnya udara kering pada 105 ° C
Untuk analisis, 1,0 g (diduplikasi) telah dibakar pada 540 ° C. residu ini
dilarutkan dalam panas 10 ml regia aqua diencerkan (1:3, v / v)
dan selanjutnya disaring. Para filtrates dibuat hingga 20 ml dengan menambahkan
air bidistilled. Semua logam dalam ekstrak tanah dan tanaman mencerna
dianalisis dengan Faas (Flame Spektrometer Serapan Atom, Varian 250) metode.
Konsentrasi logam diberikan sebagai mg / kg berat kering (BK).
C.
Metode Evaluasi Status Kesuburan
Tanah
1.
Kandungan unsur hara tanah
Kandungan
unsur hara di dalam tanah sebagai gambaran status kesuburan tanah dapat dinilai
dengan beberapa metode pendekatan yaitu : (1) Analisa contoh tanah, (2)
Mengamati gejala-gejala (symptom) pertumbuhan tanaman, (3) Analisa contoh
tanaman, (4) Percobaan pot di rumah kaca, dan (5) Percobaan lapangan.
a.
Analisis
contoh tanah
Analisis
tanah dilakukan terhadap contoh tanah yang diambil di lapangan dengan metode
tertentu sesuai tujuan yang diharapkan. Analisa tanah
dilabo-ratorium dilakukan terhadap variabel-variabel kimia dan fisik
tanah : pH, kapasitas tukar kation, Nitrogen, kalium, fosfor, kalsium, magnesium
(hara makro), hara mikro (Fe, Cu, Zn, B, Mo, dll), bahan organik, tekstur tanah
dan sebagainya.
Kadar unsur hara tanah yang diperoleh dari data analisis tanah bila dibandingkan dengan kebutuhan unsur hara bagi
masing-masing jenis tanaman, maka dapat diketahui apakah status/kadar unsur
hara dalam tanah tersebut sangat
rendah (kurang), rendah, sedang, cukup ataukah tinggi, sesuai kriteria tertentu (Tabel 1).
Prinsip yang harus diperhatikan dalam uji tanah ialah bahwa metode analisa
tanah tersebut (1) harus dapat mengekstraksi bentuk unsur hara yang tersedia saja, secara
tepat. Jadi sifatnya selektif
artinya tidak mengekstraksi bentuk yang tidak dapat dimanfaatkan oleh tanaman,
(2) metode analisa yang dipakai dilaboratorium harus sederhana, cepat, mudah
dilaksanakan dan memiliki ketepatan dan ketelitian tinggi, (3) hasil analisis
harus dapat direproduksi. Dengan demikian larutan kimia yang
dibuat harus didasarkan pada pengetahuan yang baik tentang bentuk-bentuk kimia dari unsur hara di dalam tanah dan tentang sifat akar
tanaman dan mekaniusme pelarutan bentuk-bentuk kimia oleh akar tanaman.
Oleh karena itu uji kimia tanah perlu dikorelasikan dengan serapan hara oleh
tanaman melalui percobaan rumah kaca (uji
korelasi) dan percobaan lapangan (uji kalibrasi). Uji korelasi dimaksudkan untuk
mendapatkan metode yang tepat untuk suatu unsur dan tanaman
tertentu. Sedangkan uji kalibrasi dimaksudkan untuk mendapatkan hubungan
antara selang kadar suatu unsur hara atau nilai kritisnya dengan respons
tanaman di lapangan terhadap unsur tersebut. Dengan demikian memberikan
nilai agronomik bagi angka uji tanah tersebut. Tanpa uji kalibrasi maka
angka-angka uji tanah tidak berarti sama sekali.
Dalam studi korelasi yang perlu diperhatikan ialah :
(1) Bekerja
dengan contoh-contoh tanah yang memiliki selang kadar unsur hara yang diteliti
tersebut cukup lebar.
(2) Contoh tanah
sebaiknya diambil dari daerah yang diketahui respons tanamannya, yaitu dari
yang sangat respons terhadap unsur tersebut sampai yang tidak
respons. Apabila hal ini sulit dilakukan, maka dapat ditempuh dengan cara
: mengkorelasikan hasil uji tanah dengan serapan hara ataupun dengan A-value yaitu suatu teknik radioisotop dari
Fried dan Dean (1952).
Tentang uji kalibrasi, hal yang perlu diingat ialah bahwa pengujian harus
dilakukan terhadap tiap jenis tanaman, tiap tanah dan tiap tipe iklim, dengan
teknik bercocok tanam yang sama.
Hasil uji tanah ini dipakai untuk: (1) menentukan jumlah hara yang
tersedia bagi tanaman, (2) memberi peringatan kepada petani tentang
bahaya-bahaya yang mungkin akan terjadi pada pertanamannya, baik bahaya defisiensi
ataupun keracunan, (3) menjadi dasar penetapan dosis pupuk, dan (4) memberikan
perkiraan produksi akibat pemakaian dosis pupuk tersebut sehingga memungkinkan
dilakukannya evaluasi ekonomi, (5) membantu pemerintah dalam menyusun
kebijaksanaan antara lain dalam hal pengadaan dan penyebaran pupuk, perencanaan
wilayah, dan infrastruktur.
b.
Mengamati Symptom Pertumbuhan Tanaman
Kekurangan unsur hara di dalam tanah dapat
memperlihatkan gejala-gejala pertumbuhan tertentu pada tanaman. Misalnya
kekurangan unsur hara besi (Fe) akan menyebabkan chlorosis; kekurangan hara nitrogen (N) menyebabkan tanaman
kerdil, dan sebagainya.
c.
Analisis Contoh Tanaman
Kekurangan unsur hara di dalam
tanah dapat juga diketahui dari analisis jaringan tanaman. Pendekatan ini
didasarkan pada prinsip bahwa konsentrasi suatu unsur hara di dalam tanaman
merupakan hasil interaksi dari semua faktor yang mempengaruhi penyerapan unsur
tersebut dari dalam tanah. Analisis tanaman umumnya dilakukan
terhadap bagian-bagian tertentu saja ataupun seluruh bagian tanaman.
Interpretasi keadaan kesuburan tanah akan lebih baik apabila kedua cara ini
(analisis tanah dan tanaman) digabungkan. Teknik analisis tanaman lebih
umum dipakai untuk tanaman umur panjang dibandingkan tanaman semusim.
Seperti halnya dengan uji tanah, maka pada analisis tanamanpun pemilihan metode
analisis dilakukan melalui uji-uji korelasi dan kalibrasi. Uji korelasi
disini bertujuan untuk mencari hubungan yang paling baik dari kadar suatu unsur
dalam bagian-bagian tanaman tertentu atau seluruhnya dan pada umur-umur
tertentu dengan produksi tanaman. Pada uji kalibrasi dicari hubungan
antara selang ataupun nilai kritis dari unsur tersebut dalam tanaman dengan
produksi tanaman. Teknik ini banyak dipakai pada perkebunan tebu di
Hawaii dengan istilah Crop logging
(Clements, 1980). Sebagai gambaran mengenai kandungan unsur hara tanaman
yang merupakan batas antara defisiensi dan kecukupan, disajikan pada
Tabel 2.
Tujuan umum dari analisis tanaman adalah
:
(1)
Untuk mengdiagnosa atau memperkuat diagnosa
gejala kekurangan unsur hara tertentu yang tampak pada pertumbuhan tanaman di
lapangan. Analisis
tanaman telah menjadi alat yang efektif dan menyakinkan dalam
mengidentifikasi kekurangan hara pada tanaman.
(2)
Untuk mengidentifikasi masalah yang
terselubung. Beberapa
gejala kekurangan hara tidak menunjukkan gejala yang spesifik dalam tanaman
atau vigor tanaman tetap baik, tetapi produksi rendah. Analisis
tanaman dapat mengidentifikasi keadaan tersebut (masalah terselubung).
(3) Untuk mengetahui kekurangan hara sedini mungkin. Analisis
jaringan tanaman mampu melihat kekurangan hara, walaupun gejala yang
ditunjukkan tidak cukup kuat. Data analisis tanaman dihubungkan dengan
data analisis tanah dan genesa tanah akan sangat membantu mempercepat
penanganan masalah kekurangan hara di dalam tanah.
(4) Untuk mempelajari bagaimana hara dapat diserap
tanaman.
Jika unsur hara (pupuk) ditambahkan
kedalam tanah untuk memperbaiki kekurangan hara, seringkali tidak banyak
diketahui bagaimana sebenarnya unsur hara masuk/diserap ke dalam tanaman.
Dengan perkataan lain, jika ada respons tidak ada hara yang diserap,
padahal nyatanya hara tidak kurang, disinilah perlunya mengetahui bagaimana
hara dapat diserap setelah ditahan oleh tanah, atau pemberian yang kurang
menguntungkan, atau bagaimana unsur hara diserap tetapi tidak efektif untuk
pertumbuhan tanaman.
(5)
Untuk mengetahui interaksi atau antagonisme diantara unsur hara. Tidak jarang
ditemui, penambahan hara (pupuk) tertentu menyebabkan berkurangnya sejumlah
hara lainnya di dalam tanah dan menyebabkan penyerapan unsur hara tersebut oleh
tanaman menjadi rendah dan produksinya juga menurun. Penjelasan
bagaimana interaksi tersebut, sering tidak diketahui. Tersedianya data
analisis tanaman mempercepat kita untuk mengetahui masalah tersebut
didalam pemberian hara makro dan mikro.
(6)
Sebagai alat bantu pemahaman fungsi hara dalam
tanaman. Analisis
seluruh bagian tanaman atau bagian-bagian tertentu secara periodik dalam satu
musim, di bawah kondisi lingkungan tertentu menunjukkan perbedaan yang besar
diantara tanaman, dan sama dalam varietas/galur. Analisis tanaman
digunakan dalam menunjukkan mobilitas unsur dalam tanaman dan bagian tanaman,
dan dapat mengetahui dimana terdapatnya kebutuhan terbesar beberapa hara
dalam proses metabolisme.
Sebagai pembantu dalam
mengidentifikasi masalah. Kadang-kadang analisis tanaman
dibutuhkan dalam uji tanah, dalam mengidentifikasi kasus masalah khusus.
Misalnya tanaman jagung pada tanah sangat masam diduga kekurangan Mg (daunnya
kering pucat dan nekrosis). Hasil analisis tanaman memang Mg-nya rendah
(0,07%), tetapi juga kadar Mn sangat tinggi (1000 mg/kg) sedangkan lainnya
terlihat normal. Padahal pH tanahnya hanya berkisar dari 4,7
sampai 5,0; range pH ini tidak terlalu rendah untuk tanaman
jagung.
d.
Percobaan Pot di Rumah Kaca
Percobaan
pot di rumah kaca dengan menggunakan tanaman sebagai indikator (Biological test) dapat pula
memberi gambaran mengenai status unsur hara di dalam tanah.
Pendekatan yang dilakukan disini adalah : contoh-contoh tanah diambil dari
daerah yang akan diteliti kemudian dengan berat tertentu dimasukkan kedalam pot
dan ditanamai dengan tanaman tertentu pula. Selanjutnya setiap pot
diberikan perlakuan pupuk menurut jenis dan jumlah unsur hara yang
diteliti (sebagian tanpa pupuk/kontrol). Dari pertumbuhan atau
produksi tanaman yang diperoleh dapat dideteksi kekurangan dan kebutuhan
akan unsur hara dari tanah dan tanaman tersebut.
e.
Percobaan Lapangan
Percobaan
pertumbuhan dan produksi tanaman (biological
test) di lapangan dengan menggunakan berbagai jenis dan jumlah pupuk tertentu dapat diketahui kekurangan unsur hara yang
perlu ditambahkan ke dalam tanah dalam bentuk pupuk untuk memenuhi kebutuhan
unsur hara tanaman dalam mencapai tingkat produksi tertentu.
2.
Metode Pendekatan Sampling
Pada umumnya permasalahan dalam Kesuburan Tanah
dapat disusun bersadarkan tahapan atau langkah-langkah yang dilaksanakan dalam
program analisis tanah dan analisis tanaman. Program analisis tanah dan tanaman
selalui melalui tahapan kegiatan sebagai berikut : (1) Pengambilan contoh
, (2) Persiapan contoh, (3) Penetapan Metode Analisis, (4) Persiapan bahan dan
alat, (5) Kegiatan Analisis : menimbang, melarutkan, mereaksikan, dan
pengukuran hasil reaksi; (6) Kalkulasi/perhitungan data analisis, (7)
Interpretasi dan rekomendasi penggunaan data analisis. Informasi yang diperlukan dalam
program analisis tersebut di atas dapat dirumuskan dalam butir-butir
pernyataan, sebagai berikut :
a. Pengambilan
contoh (sampling) untuk Analisis Tanah - Tanaman
(1) Bagaimana
bentuk dan pola keragaman atau variabilitas (baik horizontal maupun
vertikal) dalam nilai uji tanah pada keadaan lapangan.
(2) Dengan
memperhitungkan keragaman yang ada, prosedur pengambilan contoh yang bagaimana
yang dapat memberikan estimasi praktis yang terbaik mengenai ketersediaan unsur
hara, dengan memperhitungkan pula faktor biaya dan tenaga.
(3) Bagian
tanaman yang mana yang harus diambil sebagai contoh dan pada fase pertumbuhan
mana pengambilan contoh tersebut harus dibakukan untuk berbagai
jenis/tipe tanaman.
(4) Berapa
banyak tanaman yang harus diambil sebagai contoh dan bagaimana polanya.
Disamping hal tersebut di atas, penanganan contoh sebelum dianalisis (samples preparation)
perlu diperhitungkan pula, misalnya pengaruh berbagai tingkat pengeringan
contoh terhadap nilai uji, adanya kontaminasi, dan lain sebagainya.
Bagaimana pula mendapatkan “sub
sample†yang representatif.
b. Metode
Analisa Tanah - Tanaman
(1) Uji tanah
dan tanaman yang bagaimana yang perlu dimasukkan dalam program analisa tanah
dan tanaman.
(2) Apakah
metode yang ada merupakan yang terbaik dalam menilai (assessing) ketersediaan
unsur hara tertentu dalam tanah.
(3) Atau
diperlukan metode yang baru, dan bila ya apakah sudah cukup informasi yang
tersedia tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ketersediaan unsur hara yang
dimaksud.
(4) Bagaimana
hubungan antara produksi tanaman di lapangan dengan nilai uji tanah dan
nilai analisis tanaman.
(5) Apakah
metode analisa tanah dan tanaman yang diteliti tersebut dapat diadopsi untuk
analisa rutin.
c. Rekomendasi
(1) Bahan apa
yang harus dipakai untuk koreksi keracunan atau adanya defisiensi unsur hara
tertentu pada suatu tanaman tertentu.
(2) Metode
aplikasi pupuk/kapur yang bagaimana yang paling efisien.
(3) Waktu
pemakaian pupuk/kapur (kapan sebaiknya pemupukan dilakukan).
(4) Dosis atau
takaran pupuk yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan tanaman akan unsur hara
dalam mencapai suatu tingkat produksi tertentu.
Beberapa
pendekatan umum yang biasa dilakukan dalam penanganan program penelitian
Kesuburan Tanah yaitu melalui “ road surveyâ€, studi rumah kaca dan studi
lapangan.
Untuk
memilih metode uji tanah terbaik untuk berbagai jenis tanah dilakukan Studi Korelasi. Sedangkan Uji Kalibrasi adalah untuk meneliti
hubungan nilai uji tanah dan tanaman dilapangan. Untuk proses kalibrasi
yang lebih penting adalah memperoleh informasi yang sedikit dari lokasi
yang banyak daripada yang banyak (mendalam) dari lokasi yang sedikit.
Oleh karena itu desain percobaan harus sesederhana mungkin.
Tujuan
akhir dari program penelitian kesuburan tanah sesungguhnya adalah untuk
memberikan rekomendasi pemupukan yang juga menyangkut aspek ekonomi sedemikian
rupa sehingga petani mendapatkan keuntungan yang maksimal dari penggunaan pupuk
atau kapur. Oleh karena itu bentuk fungsi produksi atau respons (surface respons curve) tanaman pada
kondisi tertentu perlu dipelajari. Demikian pula konsep “Law of the minimumâ€
dan “Law
of limiting factorsâ€
perlu diperhatikan.
3.
Teknik
Pengambilan Contoh Tanah - Tanaman
a.
Pengambilan Contoh Tanah
Pengambilan
contoh untuk analisis laboratorium, sesungguhnya tidak semudah yang dibayangkan
orang. Mengapa demikian? Jawabannya adalah karena pemahaman ekstrim bahwa
setiap jengkal tanah memiliki sifat yang berbeda. Dengan demikian contoh
tanah yang diambil di lapangan haruslah representatif
artinya contoh tanah tersebut harus
dapat mewakili suatu areal atau luasan tertentu. Contoh yang tidak
representatif selalu berakibat merugikan apakah petani ataupun masyarakat
luas. Dengan demikian pengambilan contoh tanah harus mempertimbangkan
sifat-sifat tanah dan faktor-faktor pembentukannya. Banyak faktor yang
mempengaruhi proses pembentukan tanah tetapi hanya ada 5 faktor yang dianggap
paling penting (Buol at al.,1980)
yaitu (1) Iklim, (2) Organisme, (3) Bahan Induk, (4) Topografi , dan (5)
Waktu. Dalam proses pembentukan tanah pengaruh kelima faktor
tersebut bersifat simultan, bukan parsial. Walaupun kenyataan di lapangan
ditemukan ada salah faktor yang lebih dominan pengaruhnya dibandingkan dengan
faktor pembentukan tanah lainnya.
Penyebab utama dari contoh yang tidak representatif ialah: (1) kontaminasi, dan
(2) jumlah contoh yang terlalu sedikit untuk daerah yang variabilitas
kesuburannya tinggi. Bahaya kontaminasi biasanya berasal dari tempat atau
alat pengambilan contoh dan lain-lain. Menghadapi contoh yang tidak
representatif, yang disebabkan oleh keragaman kesuburan tanah, maka
persoalannya menjadi lebih sulit. Untuk itu haruslah diketahui
sifat dan sumber-sumber keragaman. Hal ini dapat didekati secara statistika tetapi tidak sesederhana itu,
karena sebaran data tidak selalu normal. Dengan cara
ini diperlukan contoh yang banyak sehingga sering dinilai tidak praktis.
Oleh sebab itu keragaman lapangan dapat didekati cukup melalui :
·
Penilaian
lapangan secara khusus
·
Pengetahuan
yang baik tentang tanah
·
Sistem
bercocok tanam yang diterapkan petani
·
Program-program
pemupukan yang berlaku di daerah itu,
·
Teknologi
pengelolaan tanah-tanaman lainnya yang diterapkan petani
·
Lain- lain
Dengan mengetahui variabilitas ini, dapat ditentukan teknik pengambilan contoh
yang lebih representatif. Makin besar variabilitas tanah (bentuk lahan,
jenis tanah, dll.) makin banyak contoh/lokasi pengamatan yang dibuat.
Tabel 1. Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah (Staf Pusat
Penelitian Tanah, 1983)
_________________________________________________________________________
Sifat
Tanah Sangat
Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi Sangat tinggi
_________________________________________________________________________
C -Organik
(%)
<
1,00
1,00-2,00
2,01-3,00
3,01-5,00 > 5,00
Nitrogen
(%)
<
0,10
0,10-0,20
0,21-0,50
0,51-0,75 > 0,75
C/N
<
5
5 -
10 11
- 15 16
- 25
> 25
P2O5 HCl
(mg/100g) <
10
10 -
20 21
- 40 41 -
60 > 60
P2O5 Bray-1
(ppm) < 10
10
- 15 16
- 25 26
- 35 > 35
P2O5 Olsen
(ppm) <
10
10 - 25
26 - 45
46 - 60
> 60
K2O HCl 25% (mg/100g) <
10
10 - 20
21 - 40
41 - 60
> 60
KTK
(me/100g)
<
5
5 - 16
17 - 24
25 - 40
> 40
Susunan
Kation :
K
(me/100g)
<
0,1
0,1-0,2
0,3-0,5
0,6-1,0
>1,0
Na
(me/100g)
<
0,1
0,1-0,3
0,4-0,7
0,8-1,0
>1,0
Mg
(me/100g)
<
0,4
0,4-1,0
1,1-2 ,0
2,1-8,0
> 8,0
Ca
(me/100g)
<
0,2
2 - 5
6 - 10
11 -
20
> 20
Kejenuhan
Basa (%) <
20
20 - 35
36 - 50
51 - 70
> 70
Aluminium
(%)
<
10
10 - 20
21 - 30
31 - 60
> 60
______________________________________________________________________________
Sangat Masam
Agak
Netral
Agak
Alkalis
masam
masam
alkalis
______________________________________________________________________________
pH H2O
< 4,5 4,5 -
5,5 5,6- 6,5
6,6-7,5
7,6-8,5
> 8,5
______________________________________________________________________________
Sumber : Hardjowigeno, S. 1995. Ilmu Tanah. Edisi Revisi.
Penerbit Akademika
Pressindo.
Jakarta. Hal. 126.
Tabel
2. Batas antara Kecukupan dan Defisiensi Unsur Hara Berdasarkan
Data Analisis Tanaman (Sanchez, 1976).
___________________________________________________________________
Unsur
Hara
Tebu
Padi
Jagung
Kedelai
____________________________________________________________________
N
(%)
1,5
2,5
3,0
4,2
P
(%)
0,05
0,10
0,25
0,26
K
(%)
2,25
1,0
1,90
1,71
Ca
(%)
0,15
0,15
0,40
0,36
Mg
(%)
0,10
0,10
0,25
0,26
S (%) 0,01
0,01
-
-
Cu
(ppm)
1
3,4
10
21
Fe
(ppm)
5 6
5
10
Mn (ppm) ±10
70
15
51
Mo
(ppm)
-
-
0,1
1,0
Zn
(ppm)
10
10
15
21
Si
(%)
-
5
-
-
____________________________________________________________
b.
Pentingnya Pengambilan Contoh
Tanah
Pengambilan
contoh tanah merupakan tahap awal dan terpenting dalam program uji tanah di
laboratorium. Analisis contoh tanah bertujuan untuk (1) menentukan
sifat fisik dan kimia tanah (status unsur hara tanah), (2) mengetahui
lebih dini adanya unsur-unsur beracun di dalam tanah, (3) sebagai dasar
penetapan dosis pupuk, dan kapur sehingga lebih efektif, efisien, dan
rasional (4) Memperoleh data base untuk program perencanaan dan
pengelolaan tanah - tanaman.
c.
Kapan
Pengambilan Contoh Tanah Dilakukan
Contoh tanah
dapat diambil setiap saat, dan langsung dilakukan analisis di laboratorium.
Keadaan tanah saat pengambilan contoh tanah sebaiknya pada kondisi kapasitas
lapang (keadaan kelembaban tanah sedang yaitu keadaan tanah kira-kira
cukup untuk dilakukan pengolahan tanah). Pengambilan contoh tanah terkait
erat dengan tujuan yang ingin dicapai dalam suatu kegiatan perencanaan
pengelolaan tanah-tanaman.
d.
Frekuensi Pengambilan Contoh Tanah
Secara umum contoh tanah diambil sekali dalam 4 tahun untuk sistem
pertanaman di lapangan. Untuk tanah yang digunakan secara intensif untuk
budidaya pertanian, contoh tanah diambil paling sedikit sekali dalam
setahun. Pada tanah-tanah dengan nilai uji tanah tinggi, contoh tanah
disarankan diambil setiap 5 tahun sekali.
e.
Bagaimana Cara Pengambilan contoh
Tanah
Contoh tanah yang diambil dapat berbentuk
contoh tanah terganggu (disturb soil samples) dan contoh tanah utuh
atau tidak terganggu (undisturb soil samples). Contoh tanah
utuh biasanya diperlukan untuk analisis sifat fisik tanah (bobot
isi, porisitas dan permeabilitas tanah), sedangkan contoh tanah terganggu
diperlukan untuk analisis sifat kimia tanah dan sifat fisik tanah lainnya
(tekstur, kadar air tanah/pF). Pengambilan contoh tanah utuh
(undisturb
soil samples) harus menggunakan “ring samplesâ€, sedang-kan contoh tanah terganggu dapat diambil
dengan menggunakan alat cangkul, sekop, atau auger (bor tanah). Untuk keperluan evaluasi
status kesuburan tanah, sebaiknya contoh yang diambil merupakan contoh komposit
yaitu contoh tanah campuran dari contoh-contoh tanah individu (sub samples). Suatu contoh
komposit harus mewakili suatu bentuk/unit lahan yang akan dikembangkan atau
digunakan untuk tujuan pertanian. Satu contoh komposit mewakili suatu
hamparan lahan yang homogen (10 - 15 Ha). Untuk lahan miring dan
bergelombang satu contoh komposit dapat mewakili tidak kurang dari 5
hektar. Satu contoh komposit terdiri dari campuran 15 contoh tanah
individu (sub samples).
Sebelum
pengambilan contoh tanah, perlu diperhatikan keseragaman areal/hamparan.
Areal yang akan diambil contohnya diamati lebih dahulu keadaan topografi,
tekstur, warna tanah, pertumbuhan tanaman, penggunaan tanah, input (pupuk,
kapur, bahan organik, dsb.), dan rencana pertanaman yang akan ditanam kemudian.
Dari pengamatan ini, dapat ditentukan satu hamparan yang sama
(homogen/mendekati sama) untuk titik sampling. Berikut ini
hanya dikemukakan cara pengambilan contoh profil dan contoh kesuburan
(komposit) disuatu kebun atau areal yang akan dipakai secara umum.
f.
Pengambilan Contoh dari Profil
Tujuan
pengambilan contoh jenis ini ialah: untuk mempelajari proses-proses kimia
dalam hubungan dengan genesis tanah, mengumpulkan sifat tanah untuk tujuan
klasifikasi tanah, serta untuk menilai potensi kesesuaian lahan.
Dalam menentukan lokasi profil tanah perlu berpedoman pada faktor-faktor
pembentuk tanah, karena ada keteraturan tertentu menurut topografi (toposequence), iklim (climosequence), bahan induk (lithosequence), vegetasi (biosequence) dan umur (chronosequence). Dalam
pengambilan contoh tanah profil (setelah dibatasi horizonnya, dan dilakukan
deskripsi sifat-sifat fisik : solum, warna, tekstur, struktur, tingkat
perkembangan tanah, porisitas, land
use, dll.), haruslah dimulai dari horizon/lapisan yang paling bawah
kemudian baru ke lapisan di atasnya. Tiap lapisan diambil
kira-kira 1 kg contoh.
g.
Pengambilan contoh Komposit
Contoh
komposit ini biasanya diambil dari lapisan 0-20 cm, atau 0-20 cm dan 20-40
cm. Tiap contoh yang dibawa ke laboratorium, merupakan contoh komposit
dari sejumlah anak contoh (cores).
Unit terkecil yang diwakili oleh satu contoh komposit ditentukan oleh : (a)
luas areal, (2) sumber-sumber variabilitas yang ada (faktor-faktor pembentuk
tanah, tekstur, penggunaan tanahnya, keadaan pertumbuhan tanaman, dll.),
yang diperkirakan dapat mempengaruhi sifat tanah.
Cara pengambilan contoh komposit ialah
dengan (1) metode sistematik (sistem diagonal, atau zig zag), dan (2)
metode acak. Pertama-tama kita gambar blok-blok sesuai dengan
luas areal, kemudian diambil contoh komposit. Tiap contoh komposit dapat
terdiri dari 10 - 30 cores
(anak contoh) dan dimasukkan kedalam ember plastik misalnya. Contoh ini
diaduk merata kemudian dengan sistem quartering
diambil ± 1 kg untuk
dianalisis di laboratorium. Jangan lupa memberi label yang berisi catatan
lokasi dan sejarah penggunaan tanah (kalau ada), keadaan tanaman waktu itu,
produksi, rencana penanaman untuk musim berikut, dan lain-lain.
Alat-alat yang diperlukan : Soil sampler (yang dapat mengambil contoh sama
banyak secara vertikal), pacul, pisau, ember, kantong plastik, label, buku
catatan, peta/denah lokasi pengambil contoh. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam pengambilan contoh antara lain :
·
Jangan
mengambil contoh tanah dari galengan, selokan, bibir teras, tanah
tererosi sekitar rumah dan jalan, bekas pembakaran sampah/sisa
tanaman/jerami, bekas penimbunan pupuk, kapur, bahan organik, atau bekas
penggembalaan ternak.
·
Permukaan
tanah yang akan diambil contohnya harus bersih dari rumput-rumputan, sisa
tanaman, bahan organik segar/serasah, dan batu-batuan atau kerikil.
·
Alat-alat
yang digunakan dalam pengambilan contoh harus bersih dari kotoran dan tidak
berkarat. Kantong plastik yang digunakan sebaiknya masih baru, belum
pernah dipakai untuk keperluan lain.
h.
Pengambilan Contoh Tanaman
Pertimbangan
untuk mengambil contoh tanaman lebih kurang sama dengan pengambilan contoh
tanah. Interpretasi hasil analisis tanaman tidak akan lebih baik tanpa
pengambilan contoh, penanangan contoh dan analisis contoh tersebut dengan
baik. kesalahan dari fase-fase kegiatan tersebut akan menyebabkan
kesalahan interpretasi dan rekomendasi.
Jika contoh tidak representatif maka seluruh analisis yang diteliti dan biaya
yang mahal akan percuma, karena hasil yang diperoleh tidak absah. Untuk
mendapatkan sample tanaman yang representatif, khususnya jenis tanaman tertentu
merupakan masalah yang rumit dan dibutuhkan pengetahuan yang ahli dan
komprehensif mengenai aspek anatomi, fisiologi tanaman, dan faktor
lingkungan lainnya yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman
tersebut. Konsentrasi hara sangat bervariasi dengan jenis tanaman, dan
komposisinya sangat beragam dari waktu ke waktu dalam hari, ataupun
bulan, dari jenis tanah yang berbeda. Dengan demikian pengambilan
contoh tanaman harus memperhatikan : tempat, umur fisiologis dan bagian
morfologis tanaman. Walau bagaimanapun pengambilan contoh yang terbaik
adalah bila hubungan konsentrasi hara dengan produksi/pertumbuhan mempunyai
korelasi yang paling besar.
Beberapa teknik operasional yang perlu diperhatikan dalam pengambilan contoh
tanaman adalah :
(1) Contoh
diambil dan dikelompokan menurut bagian-bagian tanaman sesuai rencana.
Jumlah tanaman contoh yang diambil merupakan tanaman yang berada pada kondisi
umum/rata-rata, pada sifat-sifat tanah yang homogen.
(2) Contoh
tanaman diambil berrdasarkan umur tertentu, letak/bagian daun tertentu.
Perhatikan bagian tanaman yang akan diambil dengan sifat unsur yang diteliti
(mobil versus immobil). Pemotongan contoh harus cukup tinggi dari tanah.
(3) Pengambilan
contoh tanaman umumnya menjelang masa reproduksi/ generatif.
(4) Tidak disarankan mengambil contoh yang kotor (debu
atau tanah), rusak oleh hama atau penyakit, atau tanaman yang sudah mati.
Contoh yang terkontaminasi dengan tanah, sangat mengganggu penetapan Fe, Al,
Mn, Cu, Zn, Mo, B. Juga Ca dan
Mg , terutama contoh yang terkontaminasi kapur. Perlu diingat bahwa K
akan hilang banyak kalau dicuci dengan air (karena kotor), contoh yang kotor
sebaiknya dibersihkan dengan melap atau menggunakan tisu.
(5) Tidak disarankan mengambil contoh tanaman, ketika
tanaman dalam keadaan stress air atau suhu, pengambilan paling baik
adalah pada cuaca terang (angin, suhu dan radiasi). Sebaiknya contoh diambil pada jam 08.00 AM atau 05.00 PM.
D. Analisis Tanah Tambak Sebagai Indikator
Analisis
Tanah Tambak Sebagai Indikator Tingkat Kesuburan kan tidak sebanding dengan
luas areal yangdiusahakan. Hal ini disebabkan masih sedikitnya pengetahuan
tentang karakteristik tanah tambakyang cocok untuk areal pertambakan.
Persyaratan
karakteristik tanah meme-gang peranan penting dalam menentukan baik tidaknya
lahan untuk usaha pertambakan. Tanahyang baik tidak hanya mampu menahan air,namun
juga harus mampu menyediakan berbagaiunsur hara untuk makanan alami ikan dan
udang.
Kemampuan
tanah menyediakan berbagai unsurhara yang diperlukan untuk pertumbuhan maka-nan
alami, dipengaruhi oleh kesuburan tambakdan ditentukan pula oleh komposisi
kimiawitanah. Tanah alkalis lebih subur dan produktif daripada tanah masam. Kesuburan
tambak diten-tukan oleh tersedianya unsur hara yang terdapat dalam air dan tanah
dasar tambak. Karakteristik tanah dasar tambak sangat penting untuk per- tumbuhan
alga dasar (kelekap) maupun plankton.
Ketersedian
unsur-unsur hara seperti N, P, K,Mg, serta unsur mikro trace element sangat
diperlukan untuk tanah pertambakan Tanah tambak yang didominasi oleh oleh mineral liat dari jenis kaolinit dan gibsite,mempunyai kesuburan relatif rendah.
diperlukan untuk tanah pertambakan Tanah tambak yang didominasi oleh oleh mineral liat dari jenis kaolinit dan gibsite,mempunyai kesuburan relatif rendah.
Tingginya
kandungan mineral dilihat dari jenis kaolinit dan gibsite akan menyulitkan dalam
pengelolaan tambak, karena Cation Exchange Capacity (CEC) dan kapasitasmengatur
kelembaban hampir tidak ada, sehingga penggunaanphospatmenjadi meningkat. Sedang-
kan tanah tambak yang banyak mengandungmineral liat dari jenis smectite
memungkinkan untuk menjaga kation seperti K, NH4, Mg, danCa, sehingga tambak
memiliki tingkat kesuburanlebih tinggi.
Usaha
pertambakan di Kabupaten Kutai,Provinsi Kalimantan Timur mempunyai
potensisangat besar untuk diusahakan. Dengan menge-tahui tingkat kesuburan
tambak, diharapkanpengelolaan tanah tambak di daerah ini dapatdilakukan lebih
efisien dan mencapai tingkatproduksi tinggi. Tujuan penelitian yaitu: (1)menentukan
karakteristik tanah tambak dibeberapa daerah pertambakan dan (2) mengetahuikandungan
hara tanah untuk mengetahui tingkatkesuburan tambak.
Adapun
cara-cara untuk mengetahui kualitas sifat fisika-kimia tanah tambak yang diukur
meliputi: tekstur tanah, pH tanah, redoks potensial (Eh), C-Organik dan unsur
hara(N,P,K,Ca dan Mg). Sampel tanah tambakdiambil pada lapisan topsoil (0-5 cm)
dan lapisansubsoil (5-50 cm). Parameter kualitas fisika-kimia tanah yang dapat
diukur di lapangan dila-kukan secara in situ, sedangkan yang tidak dapatdiukur
secara in situ dilakukan pengambilansampel tanah dengan menggunakan CORER
atauSoil Sampler. Sampel tanah dimasukan ke dalamplastik polyetilene hitam dan
disimpan dalam cool box.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan
pembahasan dapat disimpulkan bahwa:
1. Bahan-bahan
pencemaran tanah sebagian besar berasal dari aktivitas manusia.
2. Analisis
pencemaran tanah oleh logam berat dapat dianalisis dengan menggunakan
dianalisis dengan AAN (Analisa Aktivasi Neutron) dan Spektrometri ICP (
Penggabungan induksi dengan plasma spektrometri).
3. Metode
evaluasi kesuburan tanah ada 2 metode yaitu kandungan
unsur hara tanah dan metode pendekatan sampling serta teknik pengambilan contoh tanah – tanaman.
4. Analisis
tanah tambak sebagai indikator dapat diketahui dengan mengukur kualitas kimia
dan fisika dari tanah tersebut.
B.
Saran
Untuk
menjaga kestabilan tanah yang semakin hari semakin tercemar maka diharapkan
untuk mengurangi aktivitas-aktivitas yang menyebabkan tanah tercemar.
DAFTAR
PUSTAKA
Achmad,
Rukaesih. 2010. Kimia Lingkungan. Penerbit
Andi: Yogyakarta.
Diatta, Bernard Jean Diatta dkk. 2003. Sebuah Studi Pencemaran Tanah Oleh Logam Berat Di Kota Poznan (Polandia)
Menggunakan Dandelion (Taraxacum
Officinale Web) Sebagai Bioindikator A. (Online) (http://www.ejpau.media.pl/volume6/issue2/environment/art-01.html). Diakses pada
tanggal 28 Mei 2010.
Jacob,
Agustinus. 2008. Metode
Dan Teknik Pengambilan Contoh Tanah Dan Tanaman Dalam Mengevaluasi Status Kesuburan Tanah. (Online) (http://acehpedia.org/Mengevaluasi_Status_Kesuburan_Tanah). Diakses pada 1 Juni
2010.
Hidayanto, M dkk. 2004. Analisis Tanah Tambak Sebagai Indikator. (Online) (http://gandainc.blogspot.com/2008/09/analisis-tanah-tambak-sebagai-indikator.html). Diakses pada tanggal 28 Mei 2010.
Lutfi,
Ahmad. 2009. Sumber dan Komponen Pencemaran Tanah. (Online) (http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-lingkungan/pencemaran-tanah/sumber-dan-komponen-bahan-pencemar-tanah/). Diakses
pada tanggal 1 Juni 2010
Suciu, Ioan dkk. 2008. Analisis
Tanah Pencemaran Logam Berat dan Pola di Transylvania Tengah. (online) (http://ukpmc.ac.uk/articlerender.cgi?artid=1730083).
Diakses pada tanggal 28 Mei 2010.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar