BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Kita hidup
dipermukaan bumi yang tersusun atas batuan. Batuan berkembang dengan berbagai
cara, dari batuan cair panas yang muncul dari dalam Bumi, sisa fosil hewan atau tumbuhan yang
membatu setelah
jutaan tahun, serta akibat panas dan tekanan di dalam bumi. Tidak ada batuan
yang abadi. Seiring waktu batuan menjadi lapuk oleh air, angin dan kekuatan
erosi lain yang sangat besar.
Proses perombakan dan
penghancuran batuan di permukaan secara berulang-ulang akan membentuk wajah
dari permukaan bumi. Proses ini tidak terjadi sendirinya tetapi melalui
berbagai proses yang panjang dengan melibatkan beberapa bentuk tenaga geologi,
yaitu tenaga endogen (berasal dari dalam Bumi) dan tenaga endogen (berasal dari
luar Bumi).
Bentuk tenaga endogen
meliputi proses tektonik, vulkanik dan gempa bumi, sedangkan bentuk tenaga
eksogen meliputi pelapukan, erosi dan pengendapan atau sedimentasi. Pada
makalah ini akan dibahas secara khusus tentang proses pelapukan dan erosi dalam
membentuk permukaan bumi serta dampak yang ditimbulkan dari proses tersebut.
Pelapukan dan erosi
merupakan proses eksogenik yang bekerja pada permukaan Bumi. Bentuk tenaga yang
bekerja antara lain perubahan dinamika suhu, massa air, angin, serta aktivitas
organisme termasuk manusia. Pelapukan adalah perusakan massa batuan pembentuk
litosfer menjadi bagian-bagian kecil. Batuan yang berada di permukaan bumi
sangat rawan terhadap pelapukan baik karena proses fisik maupun kimia. Setelah
batuan melapuk dan jika ada aliran tenaga yang kuat akan membawa material hasil
pelapukan ini. Proses tersebut dinamakan erosi. Erosi merupakan pengikisan
permukaan kulit bumi karena aliran air, es atau angin.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang diatas, maka dapat dirumuskan suatu permasalahan sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan pelapukan dan erosi
?
2. Bagaimana klasifikasi serta proses terjadinya
peristiwa pelapukan dan erosi ?
3. Factor-faktor apa yang mempengaruhi tingkat
pelapukan dan erosi ?
4. Bagaimana dampak yang ditimbulkan dari proses
pelapukan dan erosi ?
5. Bagaimana cara penanggulangan dari dampak
buruk yang dihasilkan erosi ?
C.
Tujuan
Adapun tujuan dari
penulisan makalah ini berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas
yaitu :
1. Mampu mendeskripsikan pengertian, klasifikasi
dan proses dari pelapukan dan erosi
2. Mampu menjelaskan factor-faktor yang
mempengaruhi tingkat pelapukan dan erosi.
3. Menjelaskan dampak yang ditimbulkan dari
proses pelapukan dan erosi serta memberikan solusi penanggulangan dampak buruk
yang diakibatkan erosi.
D.
Manfaat
Adapun manfaat dari
penulisan makalah ini yaitu agar kita lebih mengetahui bagaimana proses
pelapukan dan erosi berlangsung serta mengidentifikasi dampak positif dan
negatif yang ditimbulkannya, agar kemudian kita dapat lebih bijak dalam memperlakukan
lingkungan alam, untuk kelangsungan hidup
di masa depan.
BAB II
PEMBAHASAN
I. PELAPUKAN
A.
Pengertian Pelapukan
Sebagian besar batuan dan mineral terbentuk jauh di dalam kerak Bumi,
tempat yang suhu dan tekanannya sangat berbeda dengan permukaan. Namun diatas
tanah, batuan sangat rawan terhadap berbagai proses kimia dan fisika. Proses
ini disebut pelapukan. Pelapukan merupakan proses alamiah akibat bekerjanya
bekerjanya gaya-gaya alam baik secara fisik maupun kimiawi yang menyebakan terjadinya
pemecah-belahan, penghancur-luluh-lantakkan dan transformasi bebatuan dan
mineral-mineral penyusunnya menjadi material lepas (regolit) di permukaan bumi.
Regolit ini mempunyai kedalaman dan ketebalan yang bervariasi, tergantung
intensitas dan ekstensitas proses pelapukan yang terjadi.
B.
Jenis-jenis Pelapukan
Menurut proses terjadinya pelapukan dapat digolongkan menjadi 3 jenis
yaitu:
a.Pelapukan Fisik
Pelapukan fisik (disintegrasi)
merupakan proses mekanik yang
menyebabkan bebatuan massif pecah-hancur terfragmentasi menjadi
partikel-partikel kecil tanpa ada perubahan kimiawi sama sekali. Proses ini
sangat dominan pada kondisi suhu rendah seperti di kutub atau pada kondisi suhu
tinggi di padang pasir. Proses pelapukan fisik terutama dipicu oleh perubahan
suhu secara drsatis dan oleh hantaman air hujan, selain dapat dipicu oleh
penetrasi akar dan aktivitas makhluk hidup lainnya.
Bebatuan yang tersusun oleh berbagai mineral yang
beraneka sifat fisik dan kimawi apabila tiba-tiba terpapar oleh perubahan suhu
drastis, akan terjadi kontraksi dan ekspansi antarfraksi penyusunnya, sehingga
timbul retakan-retakan yang kemudian memicu pecah hancurnya bebatuan ini.
Kecepatan proses ini tergantung pada kondisi fisik bebatuan. Bebatuan
berpermukaan kasar lebih cepat ketimbang yang halus, bebatuan berwarna gelap
lebih banyak menyerap panas sehingga lebih cepat ketimbang yang berwarna
terang.
Proses pelapukan fisik yang dipicu air dapat
terjadi lewat beberapa mekanisme :
1. Pada bebatuan yang telah retak,
air masuk ke celah-celahnya kemudian membeku, pembekuan ini menyebabkan
membesarnya rekahan-rekahan tersebut. Lewat tekanan proses hodrothermal berupa
siklus beku cairnya air yang silih berganti ini, bebatuan menjadi pecah hancur.
Mekanisme ini umumnya terjadi pada kawasan beriklim dingin.
2. Hanataman butiran-butiran hujan
dan aliran air/es menyebabkan terjadinya pengikisan dan retaknya bebatuan,
menghasilkan partikel-partikel halus yang terangkut ke tempat-tempat rendah.
b.
Pelapukan Kimiawi
Pelapukan atau transformasi kimiawi umunya
merupakan proses yang menyertai proses pelapukan fisik dan menyebabkan
terjadinya perubahan dalam komposisi kimiawi maupun komposisi mineral
(dekomposisi) penyusun permukaan fragmen-fragmen bebatuan. Melalui proses ini
bagian permukaan fragmen-fragmen dapat kehilangan sebagian mineral penyusunnya
atau mengalami perubahan komposisi kimiawinya, yang kemudian menyebabkan
terbentuknya mineral-mineral sekunder. Mekanisme yang terlibat dalam
transformasi kimiawi ini meliputi :
·
Pelarutan (Solubilitasi)
·
Hidratasi
·
Hidrolisis
·
Oksidasi
·
Reduksi
·
Karbonatasi
·
Asidifikasi (Pengasaman)
c.
Pelapukan Biologis
Pelapukan organis adalah proses penghancuran massa batuan dengan bantuan
organisme makhluk hidup dan tumbuhan. Pada umumnya pelapukan organis
dipengaruhi oleh :
1. Membusuknya sisa tumbuhan dapat
membentuk asam gambut yang berakibat rusaknya bebatuan.
2. Pengrusakan-pengrusakan oleh
binatang-binatang kecil di dalam tanah.
3. Pengrusakan batuan oleh aktiviras
manusia dengan segala peralatannya baik alat tradisonal maupun mekanik.
C.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pelapukan
Banyak faktor yang mempengaruhi tingkat pelapukan batuan.
Salah satu faktor terpenting adalah iklim. Iklim, pada dasarnya adalah gabungan
dari dua faktor yaitu suhu dan kelembaban. Kelembapan dan suhu yang tinggi
sangat disukai oleh pelapukan yang melibatkan reaksi kimia. Jadi pelapukan
kimiawi umumnya terjadi pada cuaca panas dan lembab. Pada daerah beriklim
dingin, yang terjadi umumnya adalah pelapukan fisik.
Ukuran batuan dan
apapun yang berada di permukaan tanah juga mempengaruhi kecepatan pelapukan
batuan. Pada umumnya, batuan dengan ukuran kecil lebih cepat dilapukkan.
Kecepatan proses pelapukan bebatuan dapat diindikasikan oleh jenis dan
komposisi mineral/senyawa kimiawi penyusunnya. Batuan sedimen umumnya tidak
melapuk secepat batuan beku maupun batuan peralihan dan batu pasir lebih
resisten ketimbang batu kapur. Hal ini karena bentuknya yang lebih mampat.
Bebatuan yang berkomposisi mineral lebih kompleks akan melapuk lebih mudah
ketimbang yang lebih sederhana, karena dengan makin kompleksnya komposisi akan
makin variatif pori-pori antarmolekul yang terbentuk dan makin tidak rata
permukaannya, sehingga makin mudah mengalami proses pelapukan.
Batuan basa lebih cepat lapuk ketimbang batuan asam, karena terkait dengan
lebih sedikitnya senyawa silikat penyusunnya yang relatif lebih lambat melapuk
dan dengan lebih banyaknya senyawa lain yang mudah lapuk. Tanah yang terbentuk
dari batuan asam akan bersifat fisik lebih baik, misalnya tanah berbahan induk
granit, sedangkan yang berasal dari batuan basa akan bersifat kimiawi lebih
baik, misalnya tanah berbahan induk basalt yang lebih kaya P dan Ca.
D.
Produk dari Pelapukan
Tanah mengandung air dan mineral yang dibutuhkan tanaman untuk membuat
makanan. Tanah adalah batuan yang telah mengalami pelapukan. Tanah merupakan
campuran dari batuan hasil pelapukan dan humus. Humus adalah material yang
diproduksi dari sisa-sisa hewan dan tumbuhan yang mati dan membusuk.. Humus
merupakan nutrisi utama yang dibutuhklan tanaman untuk tumbuh. Humus yang
bercampur dengan tanah liat dan pasir akan menambah tingkat nutrisi dari tanah.
II. EROSI
A. Pengertian Erosi
Setelah permukaan batuan terlapuk dan jika ada aliran tenaga yang kuat
akan membawa material hasil pelapukan ini. Proses ini disebut erosi. Erosi
didefenisikan sebagai suatu peristiwa hilang atau terkikisnya tanah atau bagian
tanah dari suatu tempat yag terangkut dari suatu tempat ketempat lain, baik
disebabkan oleh pergerakan air , angin dan/atau es.
Erosi juga dapat didefenisikan sebagai peristiwa pengikisan padatan (sedimen, tanah, batuan, dan partikel lainnya) akibat transportasi angin, air atau es, karakteristik hujan, creep pada tanah dan
material lain di bawah pengaruh gravitasi, atau oleh makhluk hidup misal hewan
yang membuat liang, dalam hal ini disebut bio-erosi. Erosi tidak
sama dengan pelapukan akibat cuaca, yang mana merupakan proses penghancuran
mineral batuan dengan proses kimiawi maupun fisik, atau gabungan keduanya.
Erosi sebenarnya merupakan proses alami yang mudah dikenali,
namun di kebanyakan tempat kejadian ini diperparah oleh aktivitas manusia
dalam tata guna lahan yang buruk, penggundulan hutan, kegiatan pertambangan,
perkebunan
dan perladangan, kegiatan
konstruksi / pembangunan yang tidak tertata dengan baik dan pembangunan jalan. Tanah yang digunakan untuk menghasilkan tanaman
pertanian biasanya mengalami erosi yang jauh lebih besar dari tanah dengan vegetasi alaminya.
Alih fungsi hutan menjadi ladang pertanian meningkatkan erosi, karena struktur
akar tanaman hutan yang kuat mengikat tanah digantikan dengan struktur akar
tanaman pertanian yang lebih lemah. Bagaimanapun, praktek tata guna lahan yang
maju dapat membatasi erosi, menggunakan teknik semisal terrace-building, praktek konservasi ladang dan
penanaman pohon.
a.
Jenis-Jenis Erosi
Berdasarkan tenaga pengikis, erosi dibedakan menjadi empat,
antara lain :
1. Ablasi (Pengikisan oleh air)
Umum terjadi di wilayah iklim tropik (yang curah hujan sangat tinggi).
Bentuk-bentuk ABLASI, antara lain :
a. Erosi Percik (splash erosion)
Erosi ini berupa percikan partikel-partikel tanah halus yang disebabkan oleh tetes hujan pada tanah dalam keadaan basah. Tanda-tanda nyata adanya erosi percik pada musim hujan dapat dilihat pada permukaan daun yang terdapat pada partikel tanah, adanya batuan kerikil diatas lapisan tanah. Jadi, jenis erosi ini dapat diamati pada waktu musim hujan.
b. Erosi Lembar (sheet erosion)
Erosi ini memecah partikel tanah pada lapisan tanah yang hampir seragam, sehingga erosi ini menghasilkan kenampakan yang seragam. Intensitas dan lamanya hujan melebihi kapasitas infiltrasi. Oleh karena itu, laju erosi permukaan dipengaruhi oleh kecepatan dan turbulensi aliran.
c. Erosi Alur (rill erosion)
Erosi ini menghasilkan alur-alur yang mempunyai kedalaman yang kurang dari 30 cm dan lebar kurang dari 50 cm. Sering terjadi pada tanah-tanah yang baru saja diolah.
d. Erosi Parit (gully erosion)
Erosi ini menghasilkan alur-alur yang mempunyai kedalaman lebih dari 30 cm dan lebar lebih dari 50 cm.
e. Erosi Mudik (headward erosion)
Erosi ini menyebabkan lembah parit diperpanjang ke hulu.
f. Erosi vertikal (erosi internal atau subsurface erosion)
Erosi ini menyebabkan lembah bertambah dalam.
g. Erosi lateral
Erosi ini mengikis di tepi sungai, melebarkan lembah dan menyebabkan meandering.
2. Deflasi atau Korasi
1. Ablasi (Pengikisan oleh air)
Umum terjadi di wilayah iklim tropik (yang curah hujan sangat tinggi).
Bentuk-bentuk ABLASI, antara lain :
a. Erosi Percik (splash erosion)
Erosi ini berupa percikan partikel-partikel tanah halus yang disebabkan oleh tetes hujan pada tanah dalam keadaan basah. Tanda-tanda nyata adanya erosi percik pada musim hujan dapat dilihat pada permukaan daun yang terdapat pada partikel tanah, adanya batuan kerikil diatas lapisan tanah. Jadi, jenis erosi ini dapat diamati pada waktu musim hujan.
b. Erosi Lembar (sheet erosion)
Erosi ini memecah partikel tanah pada lapisan tanah yang hampir seragam, sehingga erosi ini menghasilkan kenampakan yang seragam. Intensitas dan lamanya hujan melebihi kapasitas infiltrasi. Oleh karena itu, laju erosi permukaan dipengaruhi oleh kecepatan dan turbulensi aliran.
c. Erosi Alur (rill erosion)
Erosi ini menghasilkan alur-alur yang mempunyai kedalaman yang kurang dari 30 cm dan lebar kurang dari 50 cm. Sering terjadi pada tanah-tanah yang baru saja diolah.
d. Erosi Parit (gully erosion)
Erosi ini menghasilkan alur-alur yang mempunyai kedalaman lebih dari 30 cm dan lebar lebih dari 50 cm.
e. Erosi Mudik (headward erosion)
Erosi ini menyebabkan lembah parit diperpanjang ke hulu.
f. Erosi vertikal (erosi internal atau subsurface erosion)
Erosi ini menyebabkan lembah bertambah dalam.
g. Erosi lateral
Erosi ini mengikis di tepi sungai, melebarkan lembah dan menyebabkan meandering.
2. Deflasi atau Korasi
Proses pengikisan batuan atau tanah yang
dilakukan oleh angin disebut Deflasi atau Korasi. Erosi oleh tenaga angin
banyak terjadi di daerah gurun atau kering. Bentuk-bentuk lahan yang dapat
diamati akibat erosi angin antara lain batu jamur. Contohnya adalah dapat
membentuk Mushroom Rock. Berdasarkan teori, adanya
gurun pasir karena proses pelapukan mekanis. Proses ini dimulai ketika suhu
siang hari yang terik memanasi batuan gurun sampai diatas 80 derajat celcius
sehingga batuan itu memuai. Selama beribu-ribu tahun, angin gurun mengeruk batuan
yang hancur dan mengangkut butiran- butiran pasir halus. Lama-lama pasir itu
menumpuk menjadi bukit pasir yang halus.
3.Eksarasi (glasiasi)
Erosi oleh gletser dan sering disebut
erosi glasial, yaitu erosi yang terjadi akibat pengikisan massa es yang bergerak
menuruni lereng dan dapat terjadi di pegunungan tinggi yang tertutup salju,
misalnya di Pegunungan Alpen, Pegunungan Himalaya, dan Pegunungan Rocky.
Ciri khas bentuk lahannya adalah adanya alur-alur lembah
yang arahnya relatif sejajar. Erosi ini yang berlangsung lama dapat membuat
lembah-lembah yang dalam dengan bentuk seperti huruf U. Endapan erosi oleh
gletser disebut dengan MORAINE.
4. Abrasi
Erosi berdampak juga pada perubahan muka
Bumi. Abrasi (erosi di pantai) yaitu erosi oleh air laut atau ombak yang
dibantu dengan adanya batu-batu kerikil dibawa pecahan ombak akan mengikis
daerah sekitar pantai dan kekuatan pengikisan sebanding dengan besarnya
gelombang. Kejadian seperti ini pernah terjadi di Jayapura, abrasi di sepanjang
pantai di Pulau Biak mencapai 75 m dari garis pantai. Sejumlah karang dan pulau
rusak bahkan tenggelam akibat pengikisan. Pulau-pulau yang tenggelam tersebut
sebelumnya merupakan objek wisata yang sangat indah di pulau Biak. Jadi, proses abrasi dan erosi oleh tenaga gelombang atau air
laut yaitu:
·
Abrasi menghasilakan
cekungan yang panjang pada garis pantai.
·
Kemudian, cekungan tererosi
lebih lanjut menjadi gua.
·
Erosi lebih lanjut oleh
gelombang menyebabkan runtuhnya atap gua ke laut dan terbentuklah cliff
(dinding terjal).
·
Erosi yang terus-menerus,
menyebabkan cliff runtuh. Pada periode waktu yang panjang, proses ini
berlangsung terus-menerus menyebabkan terbentuknya platform di kaki cliff.
Beberapa bentuk lahan akibat erosi oleh tenaga gelombang antara
lain, sebagai berikut :
1.
Cliff, yaitu pantai yang
berdinding curam sampai tegak.
2.
Relung,yaitu
cekungan-cekungan yang terdapat pada dinding cliff.
3. Dataran abrasi, yaitu hamparan wilayah yang datar akibat abrasi
dan dapat terlihat dengan jelas pada saat pasang surut.
Ada dua macam
erosi, yaitu erosi normal dan erosi dipercepat. Erosi normal juga disebut erosi
geologi atau erosi alami merupakan proses-proses pengangkutan tanah yang
terjadi dibawah keadaan vegetasi alami. Biasanya terjadi dengan laju yang
lambat yang memungkinkan terbentuknya tanah yang tebal yang mampu mendukung
pertumbuhan vegetasi secara normal. Erosi dipercepat adalah pengangkutan tanah
yang menimbulkan kerusakan tanah sebagai akibat perbuatan manusia yang
mengganggu keseimbangan antara proses pembentukan dan pengangkutan tanah.
B.
Proses Terjadinya Erosi
Erosi air timbul apabila aksi dispersi dan
tenaga pengangkut oleh air hujan yang mengalir ada di permukaan dan atau di
dalam tanah. Jadi erosi dapat terjadi minimal dengan satu tahapan yakni
dispersi oleh butir hujan dan/atau oleh air limpasan. Adapun tahapan erosi meliputi :
1.
Benturan
butir-butir hujan dengan tanah.
2.
Percikan
tanah oleh butir hujan ke semua arah.
3.
Penghancuran
bongkah tanah oleh butiran hujan.
4.
Pemadatan
tanah.
5.
Penggenangan
air di permukaan.
6.
Pelimpasan
air karena adanya penggenangan dan kemiringan lahan.
7.
Pengangkutan
partikel terpecik dan/atau massa tanah yang terdispersi oleh air limpasan.
C.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Erosi
Banyaknya erosi
tergantung berbagai faktor. Faktor Iklim, termasuk besarnya dan intensitas
hujan / presipitasi, rata-rata dan rentang suhu, begitu pula musim, kecepatan
angin, frekuensi badai. faktor geologi termasuk tipe sedimen, tipe batuan,
porositas dan permeabilitasnya, kemiringn lahan. Faktor biologis termasuk
tutupan vegetasi lahan,makhluk yang tinggal di lahan tersebut dan tata guna
lahan oleh manusia.
Umumnya, dengan
ekosistem dan vegetasi yang sama, area dengan curah hujan tinggi, frekuensi
hujan tinggi, lebih sering kena angin atau badai tentunya lebih terkena erosi.
sedimen yang tinggi kandungan pasir atau silt, terletak pada area dengan
kemiringan yang curam, lebih mudah tererosi, begitu pula area dengan batuan
lapuk atau batuan pecah. porositas dan permeabilitas sedimen atau batuan
berdampak pada kecepatan erosi, berkaitan dengan mudah tidaknya air meresap ke
dalam tanah. Jika air bergerak di bawah tanah, limpasan permukaan yang
terbentuk lebih sedikit, sehingga mengurangi erosi permukaan. Sedimen yang
mengandung banyak lempung cenderung lebih mudah bererosi daripada pasir atau
silt. Dampak sodium dalam atmosfir terhadap erodibilitas lempung juga sebaiknya
diperhatikan
Faktor yang paling
sering berubah-ubah adalah jumlah dan tipe tutupan lahan. pada hutan yang tak
terjamah, minerla tanah dilindungi oleh lapisan humus dan lapisan organik.
kedua lapisan ini melindungi tanah dengan meredam dampak tetesan hujan.
lapisan-lapisan beserta serasah di dasar hutan bersifat porus dan mudah
menyerap air hujan. Biasanya, hanya hujan-hujan yang lebat (kadang disertai
angin ribut) saja yang akan mengakibatkan limpasan di permukaan tanah dalam
hutan. bila Pepohonan dihilangkan akibat kebakaran atau penebangan, derajat
peresapan air menjadi tinggi dan erosi menjadi rendah. kebakaran yang parah
dapat menyebabkan peningkatan erosi secara menonjol jika diikuti dengan hujan
lebat. dalam hal kegiatan konstruksi atau pembangunan jalan, ketika lapisan
sampah / humus dihilangkan atau dipadatkan, derajad kerentanan tanah terhadap
erosi meningkat tinggi.
Pada dasarnya erosi dipengaruhi oleh tiga
faktor utama, ketiga kelompok tersebut meliputi :
1.
Energi
: hujan, air limpasan, angin, kemiringan dan panjang lereng.
2.
Ketahanan
: erodibilitas tanah (ditentukan oleh sifat fisik dan kimia tanah).
3.
Proteksi
: penutupan tanah baik oleh vegetasi atau lainnya serta ada atau tidaknya
tindakan konservasi.
Jalan, secara khusus memungkinkan
terjadinya peningkatan derajat erosi, karena, selain menghilangkan tutupan
lahan, jalan dapat secara signifikan mengubah pola drainase, apalagi jika
sebuah embankment dibuat untuk menyokong jalan. Jalan yang memiliki banyak
batuan dan hydrologically invisible ( dapat menangkap air secepat mungkin dari
jalan, dengan meniru pola drainase alami) memiliki peluang besar untuk tidak
menyebabkan pertambahan erosi.
Berbicara tentang erosi, maka tidak lepas dari aliran permukaan. Dengan
adanya aliran air di atas permukaan tanah, tanah dapat terkikis dan selanjutnya
diangkut ke tempat yang lebih rendah. Dengan demikian terjadilah perpindahan
lapisan tanah; mineral-mineral dan bahan organik yang terdapat pada permukaan
tanah. Erosi adalah hilangnya atau terkikisnya tanah atau bagian-bagian tanah
dari suatu tempat yang diangkut oleh media alami ketempat lain.
D. Dampak Erosi
Dampak dari erosi
adalah menipisnya lapisan permukaan tanah bagian atas,
yang akan menyebabkan menurunnnya kemampuan lahan (degradasi lahan). Akibat
lain dari erosi adalah menurunnya kemampuan tanah untuk meresapkan air
(infiltrasi). Penurunan kemampuan lahan meresapkan air ke dalam
lapisan tanah akan meningkatkan limpasan air permukaan yang akan mengakibatkan banjir di sungai. Selain itu
butiran tanah yang terangkut oleh aliran permukaan pada akhirnya akan mengendap
di sungai (sedimentasi) yang selanjutnya akibat tingginya sedimentasi akan
mengakibatkan pendangkalan sungai sehingga akan mempengaruhi kelancaran jalur
pelayaran.
Erosi dipercepat
dapat menimbulkan berbagai masalah antara lain :
a.
Merosotnya
peroduktivitas tanah pada lahan yang tererosi, yang disertai dengan merosotnya
daya dukung serta kualitas lingkungan hidup.
b.
Sungai,
waduk, dan saluran irigasi/drainase di daerah hilir menjadi dangkal, sehingga
daya guna dan basil guna berkurang.
c.
Secara
tidak langsung mengakibatkan terjadinya banjir yang kronis pada setiap musim
penghujan dan kekeringan pada musim kemarau.
d.
Dapat
menghilangkan fungsi hidrologi tanah.
Erosi juga dapat berpengaruh terhadap penurunan produksi
tanah akibat :
1.
Pemiskinan
tanah/hilangnya tanah lapisan atas.
2.
Memburuknya
sifat fisik dan kimia tanah.
3.
Berkurangnya
aktivitas biologi tanah.
4.
Tertutupnya
tanah lapisan atas.
Erosi
mengakibatkan tersingkapnya lapisan tanah yang lebih asam (pH rendah),
terbentuknya lapisan dengan kandungan aluminium yang lebih tinggi menurunkan
kandungan bahan organik (C) dan nitrogen (N), unsur-unsur hara lebih rendah,
dan terbentuknya lapisan bawah yang lebih padat.
Dengan
terjadinya erosi ini maka menimbulkan pelumpuran sistem irigasi disamping
terjadinya pencemaran air dan berkurangnya kapasitas waduk. Erosi tanah dan
pelumpuran aliran sungai makin lama makin bertambah, salah satu penyebabnya adalah
penggundulan hutan di hulu sungai dan tofografi/kemiringan tanah
E. Cara Penanggulangan Erosi
Usaha untuk mencegah erosi di lakukan dengan pengolahan pada
tanah. Usaha ini sering disebut konservasi tanah. Untuk mengetahui cara
konservasi tanah, sebelumnya harus mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap terjadinya erosi dan peranannya. Faktor iklim, terutama curah hujan dapat
menyebabkan erosi. Curah hujan yang tinggi dengan intensitas yang lama sangat
mendukung terjadinya erosi. Salah satu contoh pengendalian faktor ini dapat
dilakukan dengan membuat saluran air, sehingga air hujan yang jatuh dapat
diatur dan akan dimanfaatkan untuk irigasi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan di atas maka dapat
disimpulkan bahwa:
1.
Pelapukan
merupakan proses alamiah akibat bekerjanya bekerjanya gaya-gaya alam baik
secara fisik maupun kimiawi yang menyebakan terjadinya pemecah-belahan,
penghancur-luluh-lantakkan dan transformasi bebatuan dan mineral-mineral
penyusunnya menjadi material lepas (regolit) di permukaan bumi.
2.
Menurut proses terjadinya pelapukan dapat digolongkan
menjadi 3 jenis yaitu:
a.
Pelapukan fisik
b.
Pelapukan
kimiawi
c.
Pelapukan
biologi
3.
Erosi didefenisikan sebagai suatu peristiwa hilang
atau terkikisnya tanah atau bagian tanah dari suatu tempat yag terangkut dari
suatu tempat ketempat lain, baik disebabkan oleh pergerakan air , angin
dan/atau es.
4.
Adapun
tahapan erosi meliputi :
b.
Benturan
butir-butir hujan dengan tanah.
c.
Percikan
tanah oleh butir hujan ke semua arah.
d.
Penghancuran
bongkah tanah oleh butiran hujan.
e.
Pemadatan
tanah.
f.
Penggenangan
air di permukaan.
g.
Pelimpasan
air karena adanya penggenangan dan kemiringan lahan.
h.
Pengangkutan
partikel terpecik dan/atau massa tanah yang terdispersi oleh air limpasan.
DAFTAR
PUSTAKA
Budiman,
Arie, dkk. 2007. Membaca Gerak Alam dan
Semesta, Mengenal Jejak Sang Pencipta. Jakarta : LIPI Press.
Danielson,
W. Erick. 1986. Earth Science.
London: macmillan Publisher.
Hynes,
Margaret. 2006. Batuan dan Fosil
(diterjemahkan oleh Bob Sabran). Jakarta : Erlangga.
Utoyo,
Bambang. 2007. Geografi Membuka cakrawala
Dunia. Bandung: PT. Setia Purna Inves.
salam....saya izin menyalin filenya...terimaksih/ kak fian
BalasHapusterima kasih atas bantuannya file ini saya gunakan untuk mnyelesaikan tugas. Terima kasih semoga panjang umur.
BalasHapus