BAB
I
PENDAHULUAN
Setelah
peneliti mengadakan penelaan yang mendalam terhadap berbagai sumber untuk
menentukan anggapan dasar, maka langkah berikutnya adalah merumuskan hipotesis.
Agar dapat lebih mudah dipahami pengertian ini, perlu dikutipkan pendapat dari
Prof. Drs. Sutrisno Hadi, MA.
Tentang pemecahan masalah. Seringkali peneliti
tidak dapat memecahkan permasalahannya hanya dengan sekali jalan. Permasalahan
itu akan diselesaikan segi demi segi dengan cara mengajukan
pertanyaan-pertanyaan untuk tiap-tiap segi, dan mencari jawaban melalui
penelitian yang dilakukan.
Jawaban atas permasalahan ini
dibedakan atas 2 hal sesuai dengan taraf pencapaiannya yaitu :
1. Jawaban
permasalahan yang berupa kebenaran pada taraf teoritik, dicapai melalui
membaca.
2. Jawaban
permasalahan yang berupa kebenaran pada taraf praktek, dicapai seteleh
penelitian selesai, yaitu setelah pengolahan terhadap data.
Dua segi yang
diperlukan pada sebagian besar penelitian adalah perumusan dan pengujian
hipotesis. Disini kita akan membahas secara cermat beberapa bentuk hipotesis,
masing-masing sumbernya, beberapa fungsi dan kaitannya dengan teori-teori, dan
berbagai cara pelaksanaan pengujian hipotesis itu. Kita juga akan menguji peran
teori probabilitas dalam pengujian hipotesis dan membahas beberapa masalah yang
menyertai panafsiran atas pengujian hipotesis. Peneliti berkepentingan dengan
penggunaan berbagai pemecahan praktis bagi semua tipe masalah sosial. Ia
mengamati berbagai kejadian sosial dan berusaha menerangkan kemunculannya
dengan mengembangkan teori-teori, menjadikan peneliti mampu menetapkan
kemampuan teorinya sebagai suatu alat penerang yang merupakan satu fungsi penting
dari hipotesis.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Hipotesis
Hipotesis
adalah suatu pernyataan sementara mengenai sesuatu, yang biasanya keandalannya
tak diketahui. Sebagai contoh, menyatakan bahwa orang kelas atas (upper-class)
memiliki sedikit anak dibanding dengan orang kelas bawah (lower-class) bisa
ditafsirkan sebagai suatu hipotesis manyangkut pengaruh kelas sosial terhadap
tingkah laku keluarga. Apakah itu merupakan suatu hipotesis atau bukan sebagai
lawan dari suatu pernyataan sederhana tentang fakta adalah bergantung pada
apakah pembuat pernyataan mengetahui kalau memang apa yang dinyatakannya itu
benar. Jika ia semata-mata memiliki suatau dugaan bahwa kelas sosial
mempengaruhi tingkah laku keluarga, maka pernyataan “orang kelas atas memiliki
lebih sedikit anak dibandingkan orang kelas bawah” merupakan suatu hipotesis.
Di lain pihak jika ia memiliki keterangan sensus yang membenarkan dugaannya
(yaitu data yang menunjukkan dengan jelas bahwa keluarga kecil berkaitan dengan
orang kelas atas), maka pernyataannya itu merupakan suatu fakta, suatu
pernyataan tentang keadaan hal-hal yang diketahui. Banyak fakta yang sekarang
kita miliki digunakan sebagai hipotesis sampai kendalanya ditetapkan oleh suatu
bentuk pemeriksaan yang empiris.
Ketika
kita menggunakan statistika untuk menguji hipotesis maka muncullah dua macam
hipotesis berupa hipotesis penelitian dan hipotesis statistika. Tepatnya
hipotesis penelitian kita rumuskan kembali menjadi hipotesis statistika yang
sepadan. Hipotesis statistika harus mencerminkan dengan baik maksud dari
hipotesis penelitian yang akan diuji.
Hipotesis
itu sesungguhnya bisa menyangkut banyak hal. Tidak ada pembatasan mengenai apa
yang yang bisa dihipotesiskan. Bagaimanapun, hipotesis tidak perlu menjadi
benar. Kebenaran dari banyak hipotesis yang dirumuskan oleh peneliti lebih
sering tak diketahui. Hipotesis, karenanya, adalah pernyataan sementara
mengenai hal-hal yang oleh peneliti ingin didukung atau ditolak.
B.
Fungsi Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara yang hendak diuji kebenarannya. Tidak semua penelitian memerlukan hipotesis, penelitian yang bersifat
eksploratif tidak memerlukan hipotesis. Adapun fungsi dari hipotesis itu
sendiri adalah :
1.
Menjelaskan
masalah penelitian dan pemecahannya.
2.
Menyatakan
variabel-variabel yang perlu diuji secara empiris.
3.
Digunakan
sebagai pedoman untuk memilih metode –metode pengujian data.
4.
Menjadi
dasar untuk membuat kesimpulan penelitian.
Hal yang
sangat perlu diperhatikan oleh peneliti adalah bahwa ia tidak boleh mempunyai
keinginan kuat agar hipotesisnya terbukti dengan cara mengumpulkan data yang
hanya bisa membantu memenuhi keinginannya, atau memanipulasi data sedemikian
rupa sehingga mengarak keterbuktian hipotesis. Peneliti harus bersifat objektif
terhadap data yang terkumpul. Terhadap hipotesis yang sudah dirumuskan peneliti
dapat bersikap 2 hal :
1.
Menerima keputusan seperti apa adanya seandainya
hipotesisnya tidak terbukti (pada akhir penelitian).
2.
Mengganti hipotesis seandainya melihat tanda-tanda
bahwa data yang terkumpul tidak mendukung terbuktinya hipotesis (Pada saat
penelitian berlangsung).
Apabila
peneliti mengambil hak kedua, maka di dalam laporan penelitian harus dituliskan
proses penggantian ini. Dengan demikian, peneliti telah bertindak jujur dan
tegas, sesuatu yang memang diharapkan dari seorang peneliti. Untuk mengetahui kedudukan suatu hipotesis
perlu diuji apakah ada data yang menunjukkan hubungan antara variable penyebab
dan variable akibat? Dan adanya data yang menunjukkan bahwa akibat yang ada, memang
ditimbulkan oleh penyebab itu? Serta adanya data yang menunjukkan bahwa tidak
ada penyebab lain yang bisa menimbulkan akibat tersebut.
C.
Merumuskan Hipotesis
Dan yang
menjadi dasar dalam merumuskan suatu hipotesis dapat didasarkakan pada teori,
penelitian terdahulu, dan akal sehat peneliti. Dalam suatu hipotesis yang dianggap baik harus memenuhi syarat-syarat
berikut :
1.
Dinyatakan dalam kalimat yang tegas, perhatikan
pernyataan di bawah ini :
Upah memiliki pengaruh yang berarti terhadap
produktifitas karyawan (jelas)
Upah memiliki pengaruh yang kurang
berarti terhadap produktifitas karyawan (tidak jelas)
2.
Dapat diuji secara alamiah
Upah memiliki pengaruh yang berarti terhadap
produktifitas karyawan (dapat diuji)
Batu yang belum pernah terlihat oleh mata
manusia dapat berkembang biak (Pada hipotesis ini tidak dapat dibuktikan
karena kita tidak dapat mengumpulkan data tentang batu yang belum terlihat
manusia)
3.
Dasar dalam merumuskan hipotesis kuat
Harga barang berpengaruh negatif terhadap
permintaan (memiliki dasar kuat yaitu teori permintaan dan penawaran)
Uang saku memiliki pengaruh yang signifikant
terhadap jam belajar mahasiswa. (tidak memiliki
dasar kuat)
Hipotesis yang baik mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut :
a.
Hasil dari proses teoritik dan komparasi fakta yang andal, dan secara teoritik
dapat dipertanggung-jawabkan kebenarannya.
b. Merupakan pernyataan
tentang karakteristik populasi.
c.
Jawaban sementara yang masih perlu diuji
kebenarannya dengan menggunakan data empirik yang diperoleh dari sampel.
d.
Hipotesis harus menyatakan hubungan atau perbedaan.
e.
Hipotesis harus dapat diuji.
f.
Hipotesis harus spesifik dan sederhana.
D. Jenis-jenis Hipotesis
Ada
beberapa bentuk hipotesis yang berlainan yang digunakan dalam penelitian
sosial. Beberapa tipe utama dari hipotesis yang akan kita bahas di dalam bagian
ini adalah :
1. Hipotesis
Penelitian
Hipotesis
yang diambil dari teori penelitian mengenal suatu fenomena sosial yang disebut
hipotesis penelitian atau hipotesis kerja. Penyelidik sosial biasanya percaya
bahwa hipotesis penelitiannya benar atau meruapakan pernyataan yang cermat
mengenai keadaan hal-hal yang diselidikinya. Ia percaya hipotesisnya benar
sejauh teori yang menjadi sumbernya memadai.
Oleh karena teori adalah, menurut
satu pengertian, dalil mengenai sifat yang sesungguhnya dari hal tertentu dan
dengan demikian dipandang sebagai pernyataan sementara mengenai kenyataan
sampai pernyataan ini diperiksa dengan memuaskan bagi ilmuan, hipotesis yang
berasal dari teori harus juga dipandang sebagai prakiraan sementara mengenai
sesuatu hal sampai prakiraan ini diuji.
Pengujian hipotesis dimaksudkan mengarahkan hipotesis pada penerimaan atau penolakan
Pengujian hipotesis dimaksudkan mengarahkan hipotesis pada penerimaan atau penolakan
2.
Hipotesis Nol
Menurut satu
pengertian hipotesis nol adalah kebalikan dari hipotesis penelitian. Hipotesis
nol juga adalah pernyataan mengenai kenyataan suatu hal, tetapi pernyataan yang
menolak atau menyangkal apa yang ditunjukkan oleh hipotesis penelitian. Dengan
perkataan lain, peneliti menyusun suatu situasi yang mengandung dua pernyataan
yang bertentangan
Hipotesis nol,
oleh karenanya adalah model hipotesis yang digunakan untuk menguji hipotesis
penelitian. Mereka tidak pernah diharapkan ada didalan kenyataan.
Sekarang anda barangkali dibingungkan oleh beberapa kalimat terakhir, dan diperkirakan anda akan segera bertanya, “mengapa penyelidik mau disusahkan dengan hipotesis nol?” Bagaimanapun, peneliti memiliki suatu hipotesis peelitian yang diyakinya benar. Mengapa ia tidak menguji hipotesis secara langsung dan membiarkannya sampai di situ? Pertanyaan ini telah diajukan berulang kali oleh mahasiswa yang menghadapi hipotesis nol untuk pertama kali.
Ada beberapa alasan mengapa hipotesis nol digunakan, tidak satu pun di antaranya bisa menjawab pertanyaan yang memuaskan anda. Alasan-alasan itu adalah:
Sekarang anda barangkali dibingungkan oleh beberapa kalimat terakhir, dan diperkirakan anda akan segera bertanya, “mengapa penyelidik mau disusahkan dengan hipotesis nol?” Bagaimanapun, peneliti memiliki suatu hipotesis peelitian yang diyakinya benar. Mengapa ia tidak menguji hipotesis secara langsung dan membiarkannya sampai di situ? Pertanyaan ini telah diajukan berulang kali oleh mahasiswa yang menghadapi hipotesis nol untuk pertama kali.
Ada beberapa alasan mengapa hipotesis nol digunakan, tidak satu pun di antaranya bisa menjawab pertanyaan yang memuaskan anda. Alasan-alasan itu adalah:
1. Karena seorang ilmuan menetapkan perannya yang lebih tidah memihak dan
objektif mengenai fenomena dibanding dengan orang awam, maka akan tampak seakan
ia tidak berlaku objektif jika ia bersaha membuktikan kebenaran sesuatu yang
diyakininya benar dari semula. Mencoba menunjukkan kebenaran hipotesis
penelitian bagi sesorang, setidaknya, mengimplikasikan suatu bias yang nyata
kearah mencoba mengukuhkan perkiraan seseorang itu dari mengabaikan berbagai
hal yang cenderung menyangkal keyakinan orang tersebut. Hipotesis nol oleh
karenanya membantu peneliti, sebab huipotesis semacam ini merupakan
penyangkalan atas apa yang diyakininya benar. Jika ia mampu menolak atau
menyangkal hipotesis nol, maka hal yang mendukung hipotesis penelitiannya
diperkirakan jauh lebih kuat.
2. Tampaknya lebih mudah untuk membuktikan sesuatu salah ketimbang
sesuatu itu benar. Ada yang akan berpendapat bahwa lebih mudah untuk mencari
kesalahan pada sesuatu (misalnya, suatu gagasan, keyakinan atau hipotesis)
ketimbang mencari hal-hal yang akan mendukungnya. Apa pun manfaat dari pendapat
ini jadinya, hipotesis nol diyakini merupakan alat yang akan bertindak sebagai
petunjuk yang benar dari berbagai hal sampai terbukti sebaliknya.
3. Alasan ketiga yang sangat
berarti adalah di sini. Alasan ini bisa dirangkum dalam satu kata: kebiasaan.
Merupakan kebiasaan di dalam penelitian sosial untuk menggunakan hipotesis nol.
Sebagian besar ilmuan sosial menggunakan hipotesis nol dalam satu dan cara lain
cara: Akan diperlihatkan kemudian bahwa hipotesis nol menunjukkan beberapa
fungsi yang spesifik dalam kaitan denagn teori probabilitas dan pengujian hipotesis
penelitian.
4. Alasan keempat melibatkan probabilitas. Di bawah model teoritas
probabilitas, hipotesis memiliki suatu kecenderungan antara menjadi benar atau
salah. Hipotesis nol terutama berguna di dalam model toeritis seperti ini.
Hipotesis nol adalah suatu ungkapan salah satu hasil alternatif dari suatu
pengamatan sosial. Model probabilitas menetapkan bahwa hipotesis nol bisa benar
juga salah, tetapi tidak bisa benar dan salah sekalidus. Satu hipotesis
alternatif lainnya adalah hipotesis penelitian yang telah dibahas di muka.
Hipotesis penelitian ini pun memiliki suatu probabilitas menjadi benar atau
menjadi salah. Jadi, hipotesis nol secara logis menetapkan suatu keadaan sosial
hipotesis yang bisa jadi benar bisa jadi juga tidak, dan yang menjadi sasaran
pengujian atau pembuktian statistik. Baik hipotesis penelitian maupun hipotesis
nol tidak mutlak benar dan tidak mutlak salah di bawah suatu pengujian
terhadapnya. Kedua probabilitas (menjadi benar atau menjadi salah) selalu hadir
bersama pada setiap tipe hipotesis.
3.
Hipotesis Statistika
Hipotesis
statistik adalah pernyataan mengenai populasi statistik yang berdasarkan
informasi dari data yang diamati diusahakan oleh seseorang untuk didukung atau
disangkal (winster,1962). Populasi statistik bisa menunjuk pada manusia atau
berbagai hal. Pada umumnya terjadi pada pengujian hipotesis statistik bahwa
pengamatan mengenai orang atau sesuatu hal direduksi menurut cara tertentu
kepada jumlah angka, dan keputusan dibuat mengenai jumlah ini. Hipotesis statistik
biasanya dibentuk untuk menggambarkan:
1.
Perbedaan antara dua kelompok atau lebih
yang berkenaan dengan suatu sifat atau sekumpulan ciri yang dimilikinya,
2.
Kaitan antara dua variabel atau lebih di
dalam suatu kelompok atau antara beberapa kelompok,
3.
Menetapkan ciri-ciri sampel atau
populasi.
E.
Kekeliruan
yang Terjadi Dalam pengujian hipotesis
Telah berkali-kali disebutkan
bahwa perumusan hipotesis dilakukan secara hati-hati setelah peneliti
memperoleh bahan yang lengkap berdasarkan landasan teori yang kuat. Namun
demikian rumusan hipotesisnya tidak selamanya benar.
Benar dan tidaknya hipotesis
tidak ada hubungannya dengan terbukti atau tidaknya hipotesis tersebut. Mungkin
seorang peneliti merumuskan hipotesis yang isinya benar, tetapi setelah data
terkumpul dan dianalisis ternyata bahwa
hipotesis tersebut ditolak, atau tidak terbukti. Sebaliknya mungkin
seorang peneliti merumuskan sebuah hipotesis yang salah, tetapi setelah
dicocokkan dengan datanya, hipotesis yang salah tersebut terbukti. Keadaan ini
akan berbahaya, apabila mengenai hipotesis yang berbahaya.
Besar kecilnya risiko kesalahan
kesimpulan ini tergantung dari keberanian peneliti, atau kesediaan peneliti
mengalami kesalahan tipe I, Kesalahan tipe I inidisebut taraf signifikasi
pengetesan, artinya kesediaan yang berwujud besarnya probabilitas jika hasil
penelitian terhadap sampel akan diterapkan pada populasi. Besarnya taraf
signifikan ini pada umumnya sudah diterapkan terlebih dahulu.
Untuk lebih memperjelas, berikut
matriks macam kekeliruan ketika membuat kesimpulan tentang hipotesis pada umumnya.
Kesimpulan
dan
keputusan
|
Keadaan
sebenarnya
|
|
Hipotesis benar
|
Hipotesis salah
|
|
Terima hipotesis
|
Tidak membuat kekeliruan
|
Kekeliruan macam II
|
Tolak
hipotesis
|
Kekeliruan macam I
|
Tidak membuat kekeliruan
|
Selanjutnya ditentukan bahwa
probabilitas melakukan kekeliruan macam I, dinyatakan dengan α (alpha),
sedangkan melakukan kekeliruan macam II dinyatakan dengan β (beta). Nama-nama
ini akhirnya digunakan untuk menentukan jenis kesalahan.
F.
Cara
Menguji Hipotesis
Apabila peneliti telah
mengumpulkan dan mengolah data, bahan pengujian hipotesis tentu akan sampai
kepada suatu kesimpulan menerima atau menolak hipotesis tersebut. Di dalam
menentukan penerimaan dan penolakan hipotesis alternatif (Ha) diubah menjadi
hipotesis nol (Ho).
Untuk keperluan ini dicontohkan
penerapannya pada sebuah populasi berdistribusi normal, yang digambarkan dengan
grafik. Dengan asumsi bahwa populasi tergambar dalam kurva normal maka jika
kita menentukan taraf kepercayaan 95% dengan pengetesan 2 ekor, maka akan
terdapat 2 daerah kritik, yaitu di ekor kanan, dan di ekor kiri kurva
masing-masing 2,5 %.
BAB
III
PENUTUP
Hipotesis
adalah suatu pernyataan sementara mengenai sesuatu, yang biasanya keandalannya
tak diketahui. Hipotesis merupakan jawaban
sementara yang hendak diuji kebenarannya. Tidak semua penelitian memerlukan hipotesis, penelitian yang bersifat
eksploratif tidak memerlukan hipotesis. Adapun fungsi dari hipotesis itu
sendiri adalah :
1.
Menjelaskan
masalah penelitian dan pemecahannya.
2.
Menyatakan
variabel-variabel yang perlu diuji secara empiris.
3.
Digunakan
sebagai pedoman untuk memilih metode –metode pengujian data.
4.
Menjadi
dasar untuk membuat kesimpulan penelitian.
Dan yang
menjadi dasar dalam merumuskan suatu hipotesis dapat didasarkakan pada teori,
penelitian terdahulu, dan akal sehat peneliti. Dalam suatu hipotesis yang dianggap baik harus memenuhi syarat yaitu,
dinyatakan dalam kalimat yang tegas,
dapat diuji secara alamiah, dan dasar dalam merumuskan hipotesis kuat. Ada
beberapa bentuk hipotesis yang berlainan yag digunakan dalam penelitian sosial
yaitu hipotesis penelitian, hipotesis nol, dan hipotesis statistika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar