Rabu, 25 Januari 2012

Hipotesis


BAB I
PENDAHULUAN

            Setelah peneliti mengadakan penelaan yang mendalam terhadap berbagai sumber untuk menentukan anggapan dasar, maka langkah berikutnya adalah merumuskan hipotesis. Agar dapat lebih mudah dipahami pengertian ini, perlu dikutipkan pendapat dari Prof. Drs. Sutrisno Hadi, MA.
Tentang pemecahan masalah. Seringkali peneliti tidak dapat memecahkan permasalahannya hanya dengan sekali jalan. Permasalahan itu akan diselesaikan segi demi segi dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk tiap-tiap segi, dan mencari jawaban melalui penelitian yang dilakukan.
            Jawaban atas permasalahan ini dibedakan atas 2 hal sesuai dengan taraf pencapaiannya yaitu :
1.      Jawaban permasalahan yang berupa kebenaran pada taraf teoritik, dicapai melalui membaca.
2.      Jawaban permasalahan yang berupa kebenaran pada taraf praktek, dicapai seteleh penelitian selesai, yaitu setelah pengolahan terhadap data.

Dua segi yang diperlukan pada sebagian besar penelitian adalah perumusan dan pengujian hipotesis. Disini kita akan membahas secara cermat beberapa bentuk hipotesis, masing-masing sumbernya, beberapa fungsi dan kaitannya dengan teori-teori, dan berbagai cara pelaksanaan pengujian hipotesis itu. Kita juga akan menguji peran teori probabilitas dalam pengujian hipotesis dan membahas beberapa masalah yang menyertai panafsiran atas pengujian hipotesis. Peneliti berkepentingan dengan penggunaan berbagai pemecahan praktis bagi semua tipe masalah sosial. Ia mengamati berbagai kejadian sosial dan berusaha menerangkan kemunculannya dengan mengembangkan teori-teori, menjadikan peneliti mampu menetapkan kemampuan teorinya sebagai suatu alat penerang yang merupakan satu fungsi penting dari hipotesis.
 
BAB II
PEMBAHASAN
A.                Pengertian Hipotesis
Hipotesis adalah suatu pernyataan sementara mengenai sesuatu, yang biasanya keandalannya tak diketahui. Sebagai contoh, menyatakan bahwa orang kelas atas (upper-class) memiliki sedikit anak dibanding dengan orang kelas bawah (lower-class) bisa ditafsirkan sebagai suatu hipotesis manyangkut pengaruh kelas sosial terhadap tingkah laku keluarga. Apakah itu merupakan suatu hipotesis atau bukan sebagai lawan dari suatu pernyataan sederhana tentang fakta adalah bergantung pada apakah pembuat pernyataan mengetahui kalau memang apa yang dinyatakannya itu benar. Jika ia semata-mata memiliki suatau dugaan bahwa kelas sosial mempengaruhi tingkah laku keluarga, maka pernyataan “orang kelas atas memiliki lebih sedikit anak dibandingkan orang kelas bawah” merupakan suatu hipotesis. Di lain pihak jika ia memiliki keterangan sensus yang membenarkan dugaannya (yaitu data yang menunjukkan dengan jelas bahwa keluarga kecil berkaitan dengan orang kelas atas), maka pernyataannya itu merupakan suatu fakta, suatu pernyataan tentang keadaan hal-hal yang diketahui. Banyak fakta yang sekarang kita miliki digunakan sebagai hipotesis sampai kendalanya ditetapkan oleh suatu bentuk pemeriksaan yang empiris.
Ketika kita menggunakan statistika untuk menguji hipotesis maka muncullah dua macam hipotesis berupa hipotesis penelitian dan hipotesis statistika. Tepatnya hipotesis penelitian kita rumuskan kembali menjadi hipotesis statistika yang sepadan. Hipotesis statistika harus mencerminkan dengan baik maksud dari hipotesis penelitian yang akan diuji.
Hipotesis itu sesungguhnya bisa menyangkut banyak hal. Tidak ada pembatasan mengenai apa yang yang bisa dihipotesiskan. Bagaimanapun, hipotesis tidak perlu menjadi benar. Kebenaran dari banyak hipotesis yang dirumuskan oleh peneliti lebih sering tak diketahui. Hipotesis, karenanya, adalah pernyataan sementara mengenai hal-hal yang oleh peneliti ingin didukung atau ditolak.
B.                 Fungsi Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara yang hendak diuji kebenarannya. Tidak semua penelitian memerlukan hipotesis, penelitian yang bersifat eksploratif tidak memerlukan hipotesis. Adapun fungsi dari hipotesis itu sendiri adalah :
1.      Menjelaskan masalah penelitian dan pemecahannya.
2.      Menyatakan variabel-variabel yang perlu diuji secara empiris.
3.      Digunakan sebagai pedoman untuk memilih metode –metode pengujian data.
4.      Menjadi dasar untuk membuat kesimpulan penelitian.
Hal yang sangat perlu diperhatikan oleh peneliti adalah bahwa ia tidak boleh mempunyai keinginan kuat agar hipotesisnya terbukti dengan cara mengumpulkan data yang hanya bisa membantu memenuhi keinginannya, atau memanipulasi data sedemikian rupa sehingga mengarak keterbuktian hipotesis. Peneliti harus bersifat objektif terhadap data yang terkumpul. Terhadap hipotesis yang sudah dirumuskan peneliti dapat bersikap 2 hal :
1.         Menerima keputusan seperti apa adanya seandainya hipotesisnya tidak terbukti (pada akhir penelitian).
2.         Mengganti hipotesis seandainya melihat tanda-tanda bahwa data yang terkumpul tidak mendukung terbuktinya hipotesis (Pada saat penelitian berlangsung).
Apabila peneliti mengambil hak kedua, maka di dalam laporan penelitian harus dituliskan proses penggantian ini. Dengan demikian, peneliti telah bertindak jujur dan tegas, sesuatu yang memang diharapkan dari seorang peneliti.  Untuk mengetahui kedudukan suatu hipotesis perlu diuji apakah ada data yang menunjukkan hubungan antara variable penyebab dan variable akibat? Dan adanya data yang menunjukkan bahwa akibat yang ada, memang ditimbulkan oleh penyebab itu? Serta adanya data yang menunjukkan bahwa tidak ada penyebab lain yang bisa menimbulkan akibat tersebut.
C.                Merumuskan Hipotesis
Dan yang menjadi dasar dalam merumuskan suatu hipotesis dapat didasarkakan pada teori, penelitian terdahulu, dan akal sehat peneliti. Dalam suatu hipotesis yang dianggap baik harus memenuhi syarat-syarat berikut : 
1.      Dinyatakan dalam kalimat yang tegas, perhatikan pernyataan di bawah ini :
*   Upah memiliki pengaruh yang berarti terhadap produktifitas karyawan (jelas)
*   Upah memiliki pengaruh yang kurang berarti terhadap produktifitas karyawan (tidak jelas)
2.      Dapat diuji secara alamiah
*   Upah memiliki pengaruh yang berarti terhadap produktifitas karyawan (dapat diuji)
*   Batu yang belum pernah terlihat oleh mata manusia dapat berkembang biak (Pada hipotesis ini tidak dapat dibuktikan karena kita tidak dapat mengumpulkan data tentang batu yang belum terlihat manusia)
3.   Dasar dalam merumuskan hipotesis kuat
*   Harga barang berpengaruh negatif terhadap permintaan (memiliki dasar kuat yaitu teori permintaan dan penawaran)
*   Uang saku memiliki pengaruh yang signifikant terhadap jam belajar mahasiswa. (tidak memiliki  dasar kuat)
Hipotesis yang baik mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
a. Hasil dari proses teoritik dan komparasi fakta yang andal, dan secara teoritik dapat dipertanggung-jawabkan kebenarannya.
b. Merupakan pernyataan tentang karakteristik populasi.
c. Jawaban  sementara yang masih perlu diuji kebenarannya dengan menggunakan data empirik yang diperoleh dari sampel.
d. Hipotesis harus menyatakan hubungan atau perbedaan.
e. Hipotesis harus dapat diuji.
f. Hipotesis harus spesifik dan sederhana.
D.        Jenis-jenis Hipotesis
Ada beberapa bentuk hipotesis yang berlainan yang digunakan dalam penelitian sosial. Beberapa tipe utama dari hipotesis yang akan kita bahas di dalam bagian ini adalah :
1.      Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang diambil dari teori penelitian mengenal suatu fenomena sosial yang disebut hipotesis penelitian atau hipotesis kerja. Penyelidik sosial biasanya percaya bahwa hipotesis penelitiannya benar atau meruapakan pernyataan yang cermat mengenai keadaan hal-hal yang diselidikinya. Ia percaya hipotesisnya benar sejauh teori yang menjadi sumbernya memadai.
            Oleh karena teori adalah, menurut satu pengertian, dalil mengenai sifat yang sesungguhnya dari hal tertentu dan dengan demikian dipandang sebagai pernyataan sementara mengenai kenyataan sampai pernyataan ini diperiksa dengan memuaskan bagi ilmuan, hipotesis yang berasal dari teori harus juga dipandang sebagai prakiraan sementara mengenai sesuatu hal sampai prakiraan ini diuji.
Pengujian hipotesis dimaksudkan mengarahkan hipotesis pada penerimaan atau penolakan
2.      Hipotesis Nol
Menurut satu pengertian hipotesis nol adalah kebalikan dari hipotesis penelitian. Hipotesis nol juga adalah pernyataan mengenai kenyataan suatu hal, tetapi pernyataan yang menolak atau menyangkal apa yang ditunjukkan oleh hipotesis penelitian. Dengan perkataan lain, peneliti menyusun suatu situasi yang mengandung dua pernyataan yang bertentangan
Hipotesis nol, oleh karenanya adalah model hipotesis yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian. Mereka tidak pernah diharapkan ada didalan kenyataan.
Sekarang anda barangkali dibingungkan oleh beberapa kalimat terakhir, dan diperkirakan anda akan segera bertanya, “mengapa penyelidik mau disusahkan dengan hipotesis nol?” Bagaimanapun, peneliti memiliki suatu hipotesis peelitian yang diyakinya benar. Mengapa ia tidak menguji hipotesis secara langsung dan membiarkannya sampai di situ? Pertanyaan ini telah diajukan berulang kali oleh mahasiswa yang menghadapi hipotesis nol untuk pertama kali.
Ada beberapa alasan mengapa hipotesis nol digunakan, tidak satu pun di antaranya bisa menjawab pertanyaan yang memuaskan anda. Alasan-alasan itu adalah:
1. Karena seorang ilmuan menetapkan perannya yang lebih tidah memihak dan objektif mengenai fenomena dibanding dengan orang awam, maka akan tampak seakan ia tidak berlaku objektif jika ia bersaha membuktikan kebenaran sesuatu yang diyakininya benar dari semula. Mencoba menunjukkan kebenaran hipotesis penelitian bagi sesorang, setidaknya, mengimplikasikan suatu bias yang nyata kearah mencoba mengukuhkan perkiraan seseorang itu dari mengabaikan berbagai hal yang cenderung menyangkal keyakinan orang tersebut. Hipotesis nol oleh karenanya membantu peneliti, sebab huipotesis semacam ini merupakan penyangkalan atas apa yang diyakininya benar. Jika ia mampu menolak atau menyangkal hipotesis nol, maka hal yang mendukung hipotesis penelitiannya diperkirakan jauh lebih kuat.
2. Tampaknya lebih mudah untuk membuktikan sesuatu salah ketimbang sesuatu itu benar. Ada yang akan berpendapat bahwa lebih mudah untuk mencari kesalahan pada sesuatu (misalnya, suatu gagasan, keyakinan atau hipotesis) ketimbang mencari hal-hal yang akan mendukungnya. Apa pun manfaat dari pendapat ini jadinya, hipotesis nol diyakini merupakan alat yang akan bertindak sebagai petunjuk yang benar dari berbagai hal sampai terbukti sebaliknya.
3.  Alasan ketiga yang sangat berarti adalah di sini. Alasan ini bisa dirangkum dalam satu kata: kebiasaan. Merupakan kebiasaan di dalam penelitian sosial untuk menggunakan hipotesis nol. Sebagian besar ilmuan sosial menggunakan hipotesis nol dalam satu dan cara lain cara: Akan diperlihatkan kemudian bahwa hipotesis nol menunjukkan beberapa fungsi yang spesifik dalam kaitan denagn teori probabilitas dan pengujian hipotesis penelitian.
4. Alasan keempat melibatkan probabilitas. Di bawah model teoritas probabilitas, hipotesis memiliki suatu kecenderungan antara menjadi benar atau salah. Hipotesis nol terutama berguna di dalam model toeritis seperti ini. Hipotesis nol adalah suatu ungkapan salah satu hasil alternatif dari suatu pengamatan sosial. Model probabilitas menetapkan bahwa hipotesis nol bisa benar juga salah, tetapi tidak bisa benar dan salah sekalidus. Satu hipotesis alternatif lainnya adalah hipotesis penelitian yang telah dibahas di muka. Hipotesis penelitian ini pun memiliki suatu probabilitas menjadi benar atau menjadi salah. Jadi, hipotesis nol secara logis menetapkan suatu keadaan sosial hipotesis yang bisa jadi benar bisa jadi juga tidak, dan yang menjadi sasaran pengujian atau pembuktian statistik. Baik hipotesis penelitian maupun hipotesis nol tidak mutlak benar dan tidak mutlak salah di bawah suatu pengujian terhadapnya. Kedua probabilitas (menjadi benar atau menjadi salah) selalu hadir bersama pada setiap tipe hipotesis.
3.      Hipotesis Statistika
Hipotesis statistik adalah pernyataan mengenai populasi statistik yang berdasarkan informasi dari data yang diamati diusahakan oleh seseorang untuk didukung atau disangkal (winster,1962). Populasi statistik bisa menunjuk pada manusia atau berbagai hal. Pada umumnya terjadi pada pengujian hipotesis statistik bahwa pengamatan mengenai orang atau sesuatu hal direduksi menurut cara tertentu kepada jumlah angka, dan keputusan dibuat mengenai jumlah ini. Hipotesis statistik biasanya dibentuk untuk menggambarkan:
1.      Perbedaan antara dua kelompok atau lebih yang berkenaan dengan suatu sifat atau sekumpulan ciri yang dimilikinya,
2.      Kaitan antara dua variabel atau lebih di dalam suatu kelompok atau antara beberapa kelompok,
3.      Menetapkan ciri-ciri sampel atau populasi.

E.                 Kekeliruan yang Terjadi Dalam pengujian hipotesis
Telah berkali-kali disebutkan bahwa perumusan hipotesis dilakukan secara hati-hati setelah peneliti memperoleh bahan yang lengkap berdasarkan landasan teori yang kuat. Namun demikian rumusan hipotesisnya tidak selamanya benar.
Benar dan tidaknya hipotesis tidak ada hubungannya dengan terbukti atau tidaknya hipotesis tersebut. Mungkin seorang peneliti merumuskan hipotesis yang isinya benar, tetapi setelah data terkumpul dan dianalisis ternyata bahwa  hipotesis tersebut ditolak, atau tidak terbukti. Sebaliknya mungkin seorang peneliti merumuskan sebuah hipotesis yang salah, tetapi setelah dicocokkan dengan datanya, hipotesis yang salah tersebut terbukti. Keadaan ini akan berbahaya, apabila mengenai hipotesis yang berbahaya.
Besar kecilnya risiko kesalahan kesimpulan ini tergantung dari keberanian peneliti, atau kesediaan peneliti mengalami kesalahan tipe I, Kesalahan tipe I inidisebut taraf signifikasi pengetesan, artinya kesediaan yang berwujud besarnya probabilitas jika hasil penelitian terhadap sampel akan diterapkan pada populasi. Besarnya taraf signifikan ini pada umumnya sudah diterapkan terlebih dahulu.
Untuk lebih memperjelas, berikut matriks macam kekeliruan ketika membuat kesimpulan tentang hipotesis pada umumnya.
Kesimpulan
dan
keputusan
Keadaan sebenarnya
Hipotesis benar
Hipotesis salah
Terima hipotesis
Tidak membuat kekeliruan
Kekeliruan macam II
Tolak hipotesis
Kekeliruan macam I
Tidak membuat kekeliruan

Selanjutnya ditentukan bahwa probabilitas melakukan kekeliruan macam I, dinyatakan dengan α (alpha), sedangkan melakukan kekeliruan macam II dinyatakan dengan β (beta). Nama-nama ini akhirnya digunakan untuk menentukan jenis kesalahan.

F.                 Cara Menguji Hipotesis
Apabila peneliti telah mengumpulkan dan mengolah data, bahan pengujian hipotesis tentu akan sampai kepada suatu kesimpulan menerima atau menolak hipotesis tersebut. Di dalam menentukan penerimaan dan penolakan hipotesis alternatif (Ha) diubah menjadi hipotesis nol (Ho).
Untuk keperluan ini dicontohkan penerapannya pada sebuah populasi berdistribusi normal, yang digambarkan dengan grafik. Dengan asumsi bahwa populasi tergambar dalam kurva normal maka jika kita menentukan taraf kepercayaan 95% dengan pengetesan 2 ekor, maka akan terdapat 2 daerah kritik, yaitu di ekor kanan, dan di ekor kiri kurva masing-masing 2,5 %.
BAB III
PENUTUP
Hipotesis adalah suatu pernyataan sementara mengenai sesuatu, yang biasanya keandalannya tak diketahui. Hipotesis merupakan jawaban sementara yang hendak diuji kebenarannya. Tidak semua penelitian memerlukan hipotesis, penelitian yang bersifat eksploratif tidak memerlukan hipotesis. Adapun fungsi dari hipotesis itu sendiri adalah :
1.      Menjelaskan masalah penelitian dan pemecahannya.
2.      Menyatakan variabel-variabel yang perlu diuji secara empiris.
3.      Digunakan sebagai pedoman untuk memilih metode –metode pengujian data.
4.      Menjadi dasar untuk membuat kesimpulan penelitian.
Dan yang menjadi dasar dalam merumuskan suatu hipotesis dapat didasarkakan pada teori, penelitian terdahulu, dan akal sehat peneliti. Dalam suatu hipotesis yang dianggap baik harus memenuhi syarat yaitu, dinyatakan dalam kalimat yang tegas, dapat diuji secara alamiah, dan dasar dalam merumuskan hipotesis kuat. Ada beberapa bentuk hipotesis yang berlainan yag digunakan dalam penelitian sosial yaitu hipotesis penelitian, hipotesis nol, dan hipotesis statistika.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar